Tuesday, 18 December 2018
MIPM: Analisis Kebutuhan Peserta Didik Usia MI
MIPM: Analisis Kebutuhan Peserta Didik Usia MI: Analisis Kebutuhan Peserta Didik Usia MI PERKEMBANGAN DAN KEBUTUHAN PESERTA DIDIK USIA MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) A. PEN...
Analisis Kebutuhan Peserta Didik Usia MI
Analisis Kebutuhan Peserta Didik Usia MI
PERKEMBANGAN DAN
KEBUTUHAN PESERTA DIDIK
USIA MADRASAH
IBTIDAIYAH (MI)
A. PENDAHULUAN
Individu adalah
pribadi yang utuh dan kompleks. Kekomplekan tersebut dikaitkan dengan kedudukannya
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu, selain harus
memahami dirinya sendiri ia juga harus memahami orang lain dan memahami
kehidupan bersama di dalam masyarakat, memahami lingkungan serta memahami pula
bahwa ia adalah makhluk Tuhan. Sebagai makhluk psiko-fisik, manusia memiliki
kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis, dan sebagai makhluk individu dan
sosial, manusia mempunyai kebutuhan individu (yang juga dikenal sebagai
kebutuhan pribadi dan kebutuhan sosial masyarakat). Dengan demikian maka setiap
individu memiliki kebutuhan, karena ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai
kondisi fisik dan sosial psikologis yang lebih sempurna dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, di
dalam makalah ini akan dibahas mengenai kebutuhan peserta didik usia Madrasah
Ibtidaiyah (MI) yang meliputi : karakteristik, perkembangan, tugas
perkembangan, serta analisis kebutuhan peserta didik usia Madrasah Ibtidaiyah
(MI).
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Anak Usia Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Usia rata-rata anak
Indonesia saat masuk ke Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah 6 tahun dan selesai
pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak,
berarti anak usia sekolah dasar ini berada dalam dua masa perkembangan, yaitu
masa kanak-kanak tengah yaitu umur 6-9 tahun dan masa kanak-kanak akhir yaitu
umur 10-12 tahun[1]. Masa ini disebut juga masa anak lanjutan
atau masa anak usia sekolah, karena pada masa usia ini biasanya ia duduk di
sekolah dasar[2].
Anak-anak pada usia
ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda,
ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang
merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung[3]. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan
pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau
bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok serta memberikan kesempatan untuk
terlibat langsung dalam pembelajaran.
2. Perkembangan Peserta Didik Usia Madrasah Ibtidaiyah (M)
a) Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik
atau yang disebut pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan
salah satu aspek terpenting dalam perkembangan individu[4]. Pada anak usia Madrasah Ibtidaiyah (MI)
yaitu umur 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas berkembang lebih
lambat dari pada bagian bawah, anggota-anggota badan relatif masih pendek,
kepala dan perut relative masih besar[5].
Sesudah 6 tahun
pertumbuhan menjadi agak lambat dari pada waktu-waktu sebelumnya, sampai umur
12 tahun anak bertambah panjang 5 sampai 6 cm tiap tahunnya[6]. Pada masa ini peningkatan berat badan
anak bertambah lebih banyak dari pada panjang badannya. Pada anak usia 6 tahun
tinggi rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg, kemudian pada usia
12 tahun tinggi anak mencapai 60 cm dan berat 40 hingga 42,5 kg[7].
b) Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif
pada masa ini sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan
tugas-tugas belajar yang menuntut pencapaian kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif seperti membaca, menulis, dan menghitung.
Kemampuan kognitif
atau intelektual pada masa ini cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai
kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya, kepada anak
pada fase ini sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan seperti membaca,
menulis dan berhitung. Di samping itu kepada anak diberikan juga
pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar dan
sebagainya. Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk
mengungkapkan pendapar, gagasan atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik
yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di lingkungannya, misalnya yang
berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah, pergaulan yang baik
dengan teman sebaya atau dengan orang lain dan sebagainya[8].
c) Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan
sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan
sosial anak-anak Madrasah Ibtidaiyah (MI) ditandai dengan adanya perluasan
hubungan, di samping dengan keluarga juga ia mulai membentuk ikatan baru dengan
teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak
hubungan sosialnya telah bertambah luas.
Pada usia ini anak
mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada
sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain).
Dalam proses belajar
di sekolah kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai
dengan memberikan tugas-tugas kelompok. Dengan melaksanakan tugas kelompok
peserta didik dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama,
saling menghormati, bertenggang rasa dan bertanggung jawab[9]
d) Perkembangan Emosi
Emosi merupakan faktor
dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula
perilaku belajar. Emosi yang positif seperti perasaan senang, bergairah,
bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan
dirinya terhadap aktivitas belajar seperti memperhatikan penjelasan guru,
membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas dan disiplin dalam
belajar[10].
Adapun upaya guru
untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif adalah sebagai berikut :
(1) Mengembangkan iklim
kelas yang bebas dari ketegangan saat pembelajaran (seperti guru sering
marah-marah, judes dan lain-lain);
(2) Memperlakukan peserta
didik sebagai individu yang mempunyai harga diri (seperti tidak
menganaktirikan, menganakemaskan, mencemooh dan sebagainya);
(3) Memberikan nilai
secara obyektif;
(4) Menghargai hasil karya
peserta didik dan sebagainya.
e) Perkembangan Keagamaan
Periode usia dasar
merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan dari periode
sebelumnya. Kualitas keagamaan akan sangat dipengaruhi oleh proses perkembangan
atau pendidikan yang diterimanya. Oleh karena itu pendidikan agama (pengajaran
pembiasaan dan penanaman nilai-nilai) di sekolah dasar sangat penting sekali[11].
Karena pendidikan agama di sekolah dasar merupakan dasar bagi pembinaan sikap
positif terhadap agama dan berhasil membentuk pribadi dan akhlak anak, maka
untuk mengembangkan sikap itu pada masa remaja akan mudah dan anak telah
mempunyai pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai kegoncangan yang biasa
terjadi pada masa remaja[12].
3. Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa anak Usia Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Pada setiap masa
perkembangan manusia ada tugas-tugas tertentu yang oleh lingkungan sosial atau
masyarakat diharapkan dapat dilaksanakan oleh individu. Tugas-tugas ini disebut
“Tugas Perkembangan” (Havighurst, 1952)
Menurut Havighurst
bahwa tugas perkembangan anak usia sekolah dasar adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan menghitung;
b. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari;
c. Belajar bergaul dengan kelompok sebaya;
d. Belajar bekerja dengan kelompok sebaya;
e. Mempelajari peran jenis kelamin yang sesuai;
f. Belajar menjadi pribadi yang mandiri;
g. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan;
h. Mengembangkan hati nurani dan system nilai sebagai pedoman perilaku;
i. Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga social;
4. Analisis Kebutuhan Peserta Didik Usia Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta Upaya
Sekolah dan Memenuhinya
Dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan menuju ke jenjang kedewasaan, kebutuhan terhadap
sesorang mengalami perubahan-perubahan sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya. Kebutuhan itu timbul karena adanya dorongan-dorongan (motif).
Dorongan adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong untuk melakukan
sesuatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu (Sumadi, 1971 :70). Dorongan
dapat berkembang karena kebutuhan psikologis atau karena tujuan-tujuan kehidupan
yang semakin kompleks[14].
Dengan demikian kebutuhan merupakan suatu keperluan asasi yang harus dipenuhi
untuk mencapai keseimbangan ornagisme[15].
Maslow membangun
sebuah teori kebutuhan yang kemudian di kenal dengan teori hierarki kebutuhan (hierarchy
of need). Oleh karena berdasarkan karakteristik dan perkembangan peserta
didik usia tersebut, maka dapat dianalisis tentang kebutuhan peserta didik usia Madrasah
Ibtidaiyah (MI) sebagai berikut :
a. Kebutuhan Jasmaniah.
Kebutuhan jasmaniah
peserta didik usia Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang perlu diperhatikan antara lain
: makan, minum, Karakteristik ini menuntut guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk
melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk
pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani dan
sebagainya.
Adapun upaya-upaya
yang hendaknya dilakukan oleh fihak sekolah atau guru adalah sebagai berikut :
1) Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya pola hidup
sehat;
2) Menanamkan kesadaran untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung gizi
dan vitamin tinggi;
3) Member kesempatan untuk istirahat;
4) Memberikan pendidikan jasmani dan latihan fisik seperti olah raga;
5) Menyediakan sarana bermain, berolah raga dan sebagainya;
6) Mengatur tempat duduk sesuai dengan kondisi fisik;
7) Membangun bangunan/kelas yang memperhatikan pencahayaan, sirkulasi udara,
suhu dan sebagainya.
b. Kebutuhan akan Rasa Aman
Kebutuhan rasa akan
aman sangat penting bagi peserta didik usia Madrasah Ibtidaiyah (MI) terutama
rasa aman di dalam kelas dan sekolah, seperti suasana kelas yang aman, nyaman,
serta bebas dari bising dan situasi yang mengancam.
Adapun upaya-upaya
yang hendaknya dilakukan oleh fihak sekolah atau guru adalah sebagai berikut :
1) Menciptakan/menunjukkan iklim yang aman di mana peserta didik bebas dari
hal-hal yang membahayakan/merugikan dirinya sendiri atau perlatan mereka;
2) Mengadakan penjagaan dan pelaksanaan kedisiplinan di sekolah.
c. Kebutuhan akan Kasih Sayang.
Peserta didik usia
Madrasah Ibtidaiyah (MI) sangat membutuhkan kasih sayang, baik dari orang
tuanya (ketika di rumah) ataupun dari guru dan teman-temannya (ketika di
sekolah).
Adapun upaya-upaya
yang hendaknya dilakukan oleh fihak sekolah atau guru adalah sebagai berikut :
1) Memberikan kasih sayang agar dalam pembelajaran peserta didik bias senang,
betah dan bahagia di dalam kelas;
2) Menciptakan kelas yang penuh keceriaan dalam pembelajaran sehingga
memotivasi mereka dalam belajar.
d. Kebutuhan akan Penghargaan.
Peserta didik usia
Madrasah Ibtidaiyah (MI) akan lebih senang apabila mereka diperlakukan sebagai
orang yang berharga diri karena mereka mempunyai sifat ingin dikenal, ingin
diakui keberadaanya, sehingga mereka akan dihargai, bangga dan gembira.
Adapun upaya-upaya
yang hendaknya dilakukan oleh fihak sekolah atau guru adalah sebagai berikut :
1) Menghargai mereka sebagai pribadi yang utuh;
2) Menghargai pendapat dan pilihan mereka;
3) Menerima kondisi siswa apa adanya;
4) Memberikan penilaian secara obyektif;
5) Guru mengembangkan konsep diri siswa yang positif.
e. Kebutuhan akan Rasa Bebas
Peserta didik usia
Madrasah Ibtidaiyah (MI) cenderung memiliki kebutuhan untuk merasa bebas,
terhindar dari kungkungan dan ikatan-ikatan tertentu.
Adapun upaya-upaya
yang hendaknya dilakukan oleh fihak sekolah atau guru adalah sebagai berikut :
1) Memberikan mereka kebebasan dalam batas-batas kewajaran dan tidak
membahayakan;
2) Diberi kesempatan dan bantuan secara memadai untuk mendapatkan kebebasan.
f. Kebutuhan akan Rasa Sukses
Peserta didik usia
Madrasah Ibtidaiyah (MI) menginginkan kesuksesan dalam setiap usaha yang
dilakukannya disekolah, terutama bidang akademin berhasil dengan baik.
Adapun upaya-upaya
yang hendaknya dilakukan oleh fihak sekolah atau guru adalah sebagai berikut :
1) Mendorong mereka agar mencapai keberhasilan dan prestasi yang tinggi;
2) Memberi penghargaan atas prestasi yang mereka capai;
3) Mengembangkan sikap dan motivasi yang tinggi untuk terus menerus belajar
mencapai kesuksesan.
C. PENUTUP
1. Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang
bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan atau melakukan sesuatu secara
langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang
mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan
bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa
untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
b. Dengan adanya tugas perkembangan peserta didik usia Madrasah Ibtidaiyah
(MI) sebagaimana menurut Havighurst, maka hal ini hendaknya mendorong guru
untuk :
1) menciptkaan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik;
2) melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnya
berkembang;
3) mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret
atau langsung dalam membangun konsep; serta
4) melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai‐nilai sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi
pegangan bagi dirinya.
c. Dengan terpenuhinya semua kebutuhan-kebutuhan peserta didik usia Madrasah
Ibtidaiyah (MI) sebagaimana uraian di atas, maka akan membawa dampak yang baik
dan positif bagi mereka baik dalam berhubungan dengan pendidikan maupun masa
depan mereka, sebaliknya apabila tidak terpenuhi kebutuhan mereka, maka akan
menghambat pendidikan bahkan ketidak-suksesan masa depan mereka.
2. Penutup
Demikian makalah ini
ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah pengembangan potensi peserta didik
dalam pembelajaran. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan saran serta kritik
yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan-perbaikan pada tugas-tugas
berikutnya.
Daftar Pustaka :
1. Dra. Desmita, M.Si., “Psikologi Perkembangan Peserta Didik”. Bandung
: PT Rosdakarya, 2010
2. Dra. Enung Fatimah, M.M., “Psikologi Perkembangan (Perkembangan
Peserta Didik)”, Bandung : Pustaka Setia, 2006
3. F.J. Monks, A.M.P. Knoers. “Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya” Yogyakarta ; Gajah Mada University Press, 2002,
4. S.C Utami Munandar. “Mengembangkat Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah”.Jakarta
: Grasindo, 1992
5. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd. “Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja”,Bandung : PR Rosdakarya, 2010
6. Zakiah Daradjat. “Ilmu Jiwa Agama”, Jakarta : Bulan Bintang,
1986
[1] Dra. Desmita,
M.Si., “Psikologi Perkembangan Peserta Didik”. Bandung : PT
Rosdakarya, 2010, hal. 35
[2] S.C Utami
Munandar. “Mengembangkat Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah”. Jakarta
: Grasindo, 1992, hal. 1
[3] Dra. Desmita,
M.Si., “Psikologi Perkembangan Peserta Didik”. Bandung : PT Remaja
Rosda Karya, 2010, hal. 35
[6] F.J. Monks,
A.M.P. Knoers. “Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Baerbagai
Bagiannya” Yogya-karta ; Gajah MAda University Press, 2002, hal. 177
[8] Dr. H. Syamsu
Yusuf LN., M.Pd. “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”,Bandung :
PR Rosdakarya, 2010, hal. 178-179
[13] S.C Utami
Munandar. “Mengembangkat Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah”.Jakarta :
Grasindo, 1992, hal. 7-8
[14] Dra. Enung
Fatimah, M.M., “Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik)”, Bandung
: Pusta-ka Setia, 2006, hal. 129-130
Subscribe to:
Posts (Atom)