Saturday, 13 February 2016

5 Makanan Bergizi yang Baik untuk Perkembangan Otak

Inilah 5 Makanan Brgizi yang Baik untuk Perkembangan Otak  Menurut Lioni Ellis H., gizi adalah unsur vital yang dibutuhkan tubuh untuk proses perkembangan dan pertumbuhan, terutama bagi anak. Gizi ini dibagi menjadi lima kelompok besar yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. 

Menurut seorang ahli nutrisi Detroid, Bethany Thayer,  MS. RD. otak adalah organ pertama yang menyerap gizi atau nutrisi dari makanan yang kita konsumsi. Makanya, hindari junk food, sebab tidak baik dikonsumsi karena bisa mempengaruhi kerja otak. 

Nah, makanan apa saja sih yang bisa membantu kerja otak anak? Menurut WebMD, makanan tersebut antara lain : 

1. Salmon
"Salmon adalah sumber asam lemak omega 3 ( DHA dan EPA) terbaik karena keduanya penting bagi pertumbuhan dan dan fungsi otak," ujar Andrea Giancoli, MPH, RD, ahli nutrisi Los Angeles. 

2. Telur 
Telur kaya akan protein dan pada kuning telurnya juga terkandung kolina yang membantu perkembangan memori. 

3. Oat 
Sereal ini memberikan energi yang sangat baik untuk otak. Sarat dengan serat, oat menjaga otak anak untuk siap selama di sekolah. Oat juga merupakan sumber yang baik dari vitamin E, vitamin B, potassium dan zinc - yang membantu tubuh dan otak berfungsi dengan optimal. 

4. Gandum 
Otak membutuhkan asupan glukosa secara konstan dan gula tersebut didapat dari biji-bijian, seperti gandum. Makanan ini juga mengandung vitamin B yang membantu memelihara kesehatan sistem saraf. 

5. Blueberi dan Stroberi 
Beri kaya akan antioksidan yang dapat memerangi penyakit, mendorong kerja otak dan membantu meningkatkan penglihatan. 


Sumber: cnnindonesia.com

5 Fakta Tentang Belajar yang Sering Salah Kaprah

 Menurut Ernest R. Hilgard, seorang psikolog asal Amerika, belajar merupakan aktivitas sengaja untuk melatih mental guna kemudian menimbulkan perubahan dari sebelum hingga setelah belajar. 

Masalahnya, anak-anak sering lekas merasa jenuh belajar, bukan? Kemungkinan mereka merasa jenuh karena ada pemahaman yang salah kaprah mengenai belajar. Apa saja itu?


• Belajar bukan menghafal
Banyak siswa dari jenjang SD hingga SMA mepraktekkan kata belajar dengan menghafal. Belajar lebih dari menghafal, melainkan memahami. Ketika anak paham dengan apa yang dipelajari maka segala kata kunci atau istilah sulit nantinya akan dimengerti dengan sendirinya.

• Belajar tidak selalu dengan guru
Esensinya belajar adalah proses mendidik mental diri sendiri untuk lebih tahu dari sebelumnya. Guru merupakan seorang penuntun dan fasilitator ketika kamu kesulitan dalam belajar dan membutuhkan bantuan untuk belajar. Memang belajar sangat erat kaitannya dengan guru, tetapi belajar tidak melulu melalui guru.

• Belajar tidak hanya mengerjakan soal 
Apakah yang kamu lakukan di sekolah dengan menyelesaikan beragam soal-soal rumit adalah belajar? Mengerjakan soal merupakan rangkaian latihan untuk mengevaluasi hasil belajar. Mengerjakan soal merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar. Namun soal umumnya hanya berdampak pendek dan hanya berlaku saat itu saja. Selesai mengerjakan soal kamu akan tetap harus belajar.

• Belajar tidak bisa diukur dengan nilai
Nilai merupakan angka kasat yang sering dijadikan tolak ukur untuk menilai keberhasilan belajar seseorang. Tidak sedikit anak cerdas memiliki nilai yang rendah karena nilai hanya mewakili keberhasilan belajar secara sederhana. Tolak ukur keberhasilan belajar yang sesungguhnya adalah perilaku atau attitude, karena attitude sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seorang anak. Semakin banyak seseorang belajr maka semakin baik perilakunya.

• Belajar tidak ada batasan waktu
Semua anak harus memahami bahwa belajar merupakan bagian dari hidup. Belajar tidak pernah mengenal kata tamat, belajar harus selalu dilakukan kapanpun dan di manapun. Sekolah hanya wadah untuk memfasilitasi belajar ketika lulus, belajar harus terus dilakukan. 

Inilah Alasan Anak Ulama besar Tidak Mengenakan Jilbab

Salah satu komentar yang muncul pada tulisan dengan judul Mata Najwa Bukan Mata Biasa adalah mempertanyakan cara berpakaian host Mata Najwa, Najwa Shihab yang tidak berjilbab. Pertanyaan yang “wajar” mengingat dia adalah putri dari seorang ulama kondang, ahli tafsir, mantan rektor sekaligus mantan Menteri Agama Republik Indonesia era Soeharto, Prof. Dr. Quraisy Shihab yang wajahnya hingga kini masih sering tampil sejumlah di layar kaca. 

Memang benar, wanita kelahiran Makassar 16 september 1977 ini hidup dalam lingkungan keluarga yang religius. Najwa menempuh pendidikan dasarnya di lembaga pendidikan berbasis agama, mulai dari TK Al-Quran di Makassar, lalu Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (setingkat SD), kemudian SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan. 

Pendidikan keagamaan juga diterapkan secara ketat oleh keluarganya bersama lima orang saudaranya. Sudah menjadi rutinitas, sejak magrib harus sudah di rumah untuk berjamaah magrib, mengaji Al-Quran, dan membaca Ratibul Haddad bersama. Baru setelah memasuki bangku kuliah, Najwa sudah diijinkan keluar setelah maghrib karena padatnya jadwal dan kegiatan perkuliahan. Itu karena keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. 

Pendekatan pendidikan di keluarganya tidak dengan menggunakan cara-cara yang otoriter, melainkan dengan cara yang demokratis. Kendati dididik dalam lingkungan yang religius, namun soal mengenakan jilbab tidak diwajibkan oleh orang tuanya. 

Menurutnya wanita yang mengenakan jilbab itu itu bagus dan sangat terhormat, namun tidak berjilbab pun tidak apa-apa. Selama ini, ayahnya mendidik bahwa yang lebih penting bagi wanita adalah menjadi terhormat dan menjaga kehormatan baik dalam berperilaku dan berpakaian, tapi ayahnya tidak mewajibkan untuk berjilbab. Najwa juga punya keyakinan bahwa ada banyak cara untuk terhormat selain dengan jilbab. 

(berbagai rujukan terkait) Dengan cara berpakaian seperti itu, katanya tak pernah ada yang komplain. “Karena mungkin melihat ayah, kalau ditanya orang pendapatnya membolehkan, membebaskan berjilbab atau tidak. Jadi banyak alasan dari ayah saya. Kalau ada yang komplain, paling pas bercanda. Dan saya selalu bilang: ya insyaallah mudah-mudahan suatu saat. Yang pasti hatinya berjilbab kok.

” Najwa kagum pada wanita yang mengenakan jilbab dan menutup aurat. Dia ingin juga pakai jilbab, mungkin suatu saat. “Sampai saat ini saya tidak merasa ada kewajiban atau beban untuk berjilbab,” katanya, “Karena sejauh saya bisa menjalankan kewajiban saya sebagai muslimah tidak masalah berjilbab atau tidak.” Meski kini ada rekan reporter yang mengenakan jilbab, Najwa tidak terpengaruh. Sampai saat ini, dia merasa apa yang dilakukannya sudah berada pada jalur yang benar. 

Kalau nanti ada hidayah lebih lanjut, atau kemantapan memakai jilbab, tanpa ragu Nana akan memakainya. “Apa yang dilakukan orang kan bukan berarti kita akan terpengaruh. Kalau sekarang ada yang berjilbab kemudian saya ikut. 

Menurut saya, rugi kalau berjilbab alasannya itu,” ujarnya sebagaimana dilansir Majalah Syir’ah Benarkah Quraisy Shihab tidak mewajibkan putrinya untuk berjilbab? Dalam sumber ini disebutkan bahwa Quraisy Shihab termasuk bagian dari sejumlah orang yang menempatkan berjilbab (menutup aurat) pada posisi khilafiyah, sebagaimana ditulisnya dalam sebuah buku berjudul Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah: Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer di tahun 2006. 

Menurut Quraisy, ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang pakaian wanita mengandung aneka interpretasi. Selain itu, ketetapan hukum tentang batas yang ditoleransi dari aurat atau badan wanita bersifat zhanniy atau dugaan semata. Quraisy juga bersikap, bahwa adanya perbedaan pendapat para pakar hukum tentang batasan aurat adalah perbedaan antara pendapat-pendapat manusia yang mereka kemukakan dalam konteks situasi zaman serta kondisi masa dan masyarakat mereka, serta pertimbangan-pertimbangan nalar saja. Dari pendapat tersebut pulalah kemudian Quraisy Shihab dicap oleh sebagaian orang sebagai penganut dan penyebar ajaran Syi’ah yang militan di Indonesia. 

Soal benar dan tidaknya tuduhan tersebut, barangkali sikap demokratis ayahnya itulah menjadikan Najwa Shihab (belum) berjilbab hingga sekarang seperti yang selalu kita lihat saat tampil di layar kaca. Wallahu a’laam 

Dirjen Pendis : Mutasi Jabatan, Langkah Melakukan Ekstensifikasi Pengalaman

Jakarta (Pendis) - "Sumpah jabatan yang akan Anda ucapkan ini, adalah mengandung tanggung jawab terhadap bangsa dan negara RI; tanggung jawab menyelamatkan dan memelihara Pancasila dan UUD1945 serta bertanggungjawab pula terhadap kesejahteraan rakyat Indonesia. Selain disaksikan yang hadir juga disaksikan oleh Allah SWT,mengetahui yang tampak dan yang tersembunyi dalam diri saudara. Itulah akhirnya saudara bertanggungjawab," demikan dikatakan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin, ketika melantik sejumlah pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementeria Agama RI,Kamis (11/02) pagi.
Mutasi jabatan, tegas Kamaruddin, merupakan sebuah fasilitas untuk melakukan ekstensifikasi, memperluas pengalaman dan orientasi. Jabatan yang memiliki karakter, dapat digunakan sebagai instrumen belajar memperluas pengalaman. Oleh karena itu, dimana pun amanah itu diberikan, maka haruslah ada nilai yang terus menerus dijaga.
Nilai budaya kerja Kementerian Agama, lanjutnya, harus tidak sekedar dihafal namun harus diamalkan semaksimal mungkin. Integritas, apapun level jabatannya, harus dijadikan sesuatu yang men-drive diri kita. "Kementerian Agama identik dengan identitas integritas ini," cetusnya.
Profesional. "Tidak boleh marah dan tersinggung ketika ditegur oleh atasan, atau sebaliknya. Dikarenakan pekerjaan yang dilakukan adalah bukan pekerjaan personal atau individul," tegas guru besar UIN Alaudin ini.
Inovatif. "Eselon IV harus berpikir inovatif dan kreatif, tidak boleh bekerja hanya bersifat rutinitas apalagi cuma copy paste program dan kegiatan," singgungnya.
Tanggung Jawab. "Banyak orang pintar akan tetapi tidak punya komitmen. Audit kinerja seluruh pejabat dan staff ternyata harus lebih diperbaiki," tegasnya.
Keteladanan. "Semua orang, terutama para pejabat, wajib memberikan keteladanan. Pejabat tidak bisa memberikan instruksi bawahannya tanpa ada nilai keteladanan ini," pungkas Kamaruddin Amin.

Artikel - Pendidikan Islam dan Pembangunan Masyarakat Relijius

Oleh:
El Chumaedi

Memahami konteks pendidikan Islam di Indonesia tidak cukup hanya dengan melihat bahwa pendidikan Islam merupakan subsistem dari pendidikan nasional. Akan tetapi, pendidikan Islam juga sekaligus sebagai entitas tersendiri yang memiliki tradisi dan kultur akademik yang berbeda dengan karakteristik pendidikan pada umumnya. Di antara ciri substantifnya adalah, bahwa pendidikan Islam dibangun atas dasar kesadaran dan keyakinan umat Islam untuk menjadi pribadi muslim yang taat (`abdullah, khalifah fi al-ard). Maka, wajar jika pengetahuan dan wawasan keislaman merupakan prasyarat mutlak yang harus dimiliki oleh seluruh umat Islam. Kesadaran semacam ini lalu menjadi Ã¨lan vital di kalangan pemimpin agama yang secara mandiri memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan Islam di tengah masyarakat, baik secara individual maupun kolektif-kolegial (organisasi keagamaan, al-jam`iyah al-diniyah).

Pondok (Arab: funduk) atau pesantren merupakan embrio paling genuine atas dimulainya tradisi pendidikan Islam di Indonesia. Bentuk tradisional dari pendidikan Islam tersebut hingga sekarang memang masih bertahan, meskipun secara terus menerus dan massif tergerus oleh modernisasi, globalisasi, bahkan kapitalisasi pendidikan yang melanda dewasa ini. Namun demikian, sesungguhnya yang paling mengkhawatirkan dari transformasi pendidikan Islam ini bukan semata-mata pada aspek kelembagaannya, melainkan pada semakin surutnya nilai-nilai adi luhung yang menjadi urat nadi pendidikan Islam di Indonesia. Akibat buruk yang paling tidak menguntungkan secara institusional bagi keberadaan pendidikan Islam adalah pudarnya nilai-nilai kemandirian dan keikhlasan dalam penyelenggaraan pendidikan oleh para pemuka agama. Sementara di sisi lain, pergeseran orientasi terhadap institusi pendidikan semakin menjurus pada proses fabrikasi yang hanya akan melahirkan manusia-manusia robot tanpa nilai dan kering dari moralitas agama.

Kekhawatiran semacam itu tentu tidak terlalu berlebihan, mengingat sekarang ini ekspektasi masyarakat terhadap sistem pendidikan yang ada lebih berkecenderungan materialistik, ketimbang ideal-moralistik. Besar kemungkinan banyak kita jumpai orang tua murid lebih takut jika kelak anaknya tidak mendapat pekerjaan yang pantas, daripada lebih takut anaknya akan menjadi seorang koruptor. Dalam prakteknya, penyelenggaraan pendidikan memang perlu memperhatikan supplay and demand. Akan tetapi, pemenuhan terhadap tuntutan masyarakat dari dunia pendidikan seharusnya tidak lalu mengorbankan idealisme pendidikan untuk mewadahi proses pemanusiaan manusia (humanizing human) dan proses pembudayaan masyarakat.

Di tengah persinggungan kepentingan semacam itulah, institusi pendidikan Islam sangat berpotensi mampu memenuhi tuntutan masyarakat modern di era global, sekaligus menjadi mercusuar dalam penguatan nilai-nilai dan moralitas agama. Memang, memasuki abad ke-20 terjadi transformasi besar-besaran di tubuh pendidikan Islam di Indonesia. Meski tidak sepenuhnya meninggalkan pola pendidikan tradisional ala pesantren, tetapi modernisasi di tubuh pesantren telah banyak mengubah rasa pesantren menjadi sekolah umum dengan sebutan madrasah. Nurcholish Madjid (alm.), Abdurrahman Wahid (alm.), Karel Steenbrink, Zamachsyari Dhofier, dan Azyumardi Azra adalah sebagian penulis yang cukup berhasil memotret proses modernisasi yang terjadi di tubuh pesantren hingga kemudian terlahir pola pendidikan Islam dalam bentuk madrasah. Transformasi kelembagaan di tubuh pesantren dalam banyak aspek kependidikan memang membawa semangat pembaharuan yang positif, terutama dengan semakin terbukanya paradigma kalangan pesantren dalam menangkap semangat zaman (zeitgeist). Ini tentu saja menjadi momentum bagi umat Islam untuk belajar disiplin ilmu di luar bidang-bidang keagamaan yang selama ini menjadi satu-satunya terjemahan dari "tholabu al-`ilmi faridhatun..." (kewajiban menuntut ilmu) yang dipahami wajib (fardlu `ayn). Sementara pemahaman dan kemampuan pada disiplin di luarnya dipandang fardlu kifayah, bahkan boleh jadi sunnah.

Belakangan, diskusi soal eksistensi pendidikan Islam tidak lagi berkutat pada aspek substantif-akademik, melainkan semakin mengkerucut pada aspek formatif-institusional. Hal ini mengingat keberadaan pendidikan Islam dalam berbagai pola dan bentuknya sudah diakomodasi dalam sistem pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003). Namun demikian, dalam situasi di mana terjadi peleburan pendidikan Islam dengan sistem pendidikan nasional, tentu kita harus tetap memperkuat semangat dan cita-cita awal untuk membentengi masyarakat muslim dengan nilai-nilai dan moralitas agama. Jangan sampai tuntutan dunia kerja dan profesional menjadi satu-satunya tujuan dari penyelenggaraan pendidikan, tetapi pada saat yang bersamaan melupakan peran pendidikan dalam melakukan transmisi nilai-nilai agama dan budaya bangsa.

Revitalisasi Pendidikan Islam

Secara kualitas, tuntutan masyarakat di era globalisasi terhadap institusi pendidikan Islam tidak berbeda dengan yang dihadapi institusi pendidikan di Indonesia pada umumnya, mengingat semakin tingginya tingkat kompetisi bagi lulusan di dunia kerja. Namun, ruang lingkup pendidikan Islam yang luas, di mana penyelenggaraannya di madrasah, sekolah umum, dan secara tradisional di pesantren dan majelis taklim, secara kependidikan berpotensi semakin baik. Hal ini mengingat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology) dalam dunia pendidikan sangat membantu dalam meningkatkan layanan pendidikan yang prima, baik secara administratif maupun akademik.

Sementara itu, diversifikasi pendidikan Islam yang ditandai dengan penguatan pada disiplin ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial (human and social sciences), dan ilmu-ilmu alam (natural sciences) semakin membuktikan kesetaraan institusi pendidikan Islam dengan sekolah umum. Meskipun memang secara mendasar lokus pendidikan Islam terletak pada pendidikan agama dan keagamaan. Justru dengan demikian secara keilmuan lulusan dari lembaga pendidikan Islam diharapkan memiliki nilai lebih (added value) bahkan keunggulan komparatif (comparative advantage), berupa wawasan dan pengetahuan keislaman yang relatif lebih baik.

Harapan untuk memiliki nilai lebih bagi institusi pendidikan Islam tentu bukan persoalan mudah. Ada sejumlah persyaratan yang terlebih dahulu harus dipenuhi untuk mencapai target itu. Dari segi kurikulum, misalnya, kita tidak mungkin menjadikan lembaga pendidikan Islam mampu melahirkan lulusan yang ideal, ketika struktur kurikulum tidak memberi ruang yang cukup bagi penguatan bidang-bidang umum secara spesifik dan intensif; dan begitupun sebaliknya. Pada tingkat madrasah dan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), pemenuhan kurikulum secara nasional perlu diekstensifikasi dengan bidang-bidang keislaman dan kemampuan bahasa asing. Hal ini tidak memungkinkan jika pembelajaran dilakukan tanpa terintegrasi dengan pola pesantren (islamic boarding school). Dengan pola pendidikan berasrama, penguatan bidang-bidang profesional dapat dilakukan secara simultan dengan penguatan pada bidang-bidang keislaman dan pendidikan karakter (akhlak al-karimah). Selain itu, interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan pengelola asrama memungkinkan terciptanya pembiasaan dalam penggunaan bahasa asing, semangat kemandirian, kultur akademik yang kompetitif, bahkan yang tak kalah penting adalah aspek keteladanan pengamalan ajaran agama.

Inovasi dan pembaharuan juga diperlukan dalam pola pengelolaan pendidikan Islam. Sebab, dalam masyarakat global saat ini, institusi pendidikan Islam dituntut memiliki kinerja yang produktif, efektif, transparan, dan akuntabel. Di pihak lain, penerapan tata kelola yang bersih dan baik (clean and good governance) merupakan imbas positif dari demokratisasi pada level pemerintahan yang kemudian menjadi tuntutan di semua level organisasi, termasuk pada tingkat lembaga pendidikan. Sebab, secara tidak langsung, baik atau buruknya pengelolaan pendidikan akan berdampak pada layanan terhadap peserta didik di semua jenjang pendidikan.

Alhasil, pendidikan Islam di semua jenis, jenjang, bentuk, dan pola penyelenggaraannya perlu lebih diperkuat lagi peranannya; pertama, dari aspek keilmuan perlu dilakukan diferensiasi yang lebih spesifik antara orientasi pengembangan akademik dan orientasi keterampilan hidup (lifeskill). Kedua, dalam kapasitasnya sebagai transmitter ajaran dan nilai-nilai keislaman dapat dimulai dengan pembudayaan dan peneladanan pengamalan ajaran Islam pada level institusional (sekolah dan madrasah). Dengan penguatan pada dua peran penting pendidikan Islam tersebut, pembangunan masyarakat relijius dikonstruksi secara sistemik, dengan tidak saja atas partisipasi dan kesadaran dari masyarakat sendiri, tapi juga ada upaya-upaya fasilitasi dari negara melalui Kementerian Agama sebagai regulator penyelenggaraan pendidikan Islam di Indonesia. Wallahu a`lam

Kementerian Agama (Kemenag) Targetkan 100.000 Pendaftar

 JAKARTA (Suara Merdeka) - Kementerian Agama (Kemenag) menargetkan 100.000 pendaftar bagi calon mahasiswa baru untuk seleksi bersama ujian masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM PTKIN) di Indonesia. Pendaftaran tersebut dimulai pada 1 Mei hingga 3 Juni 2016 dan dilakukan secara online.
Pendaftaran SPAN PTKIN mulai dibuka pada 9 Maret sampai 30 April 2016. "Sejak dibuka, dari tahun ke tahun peserta kedua jalur seleksi tersebut selalu mengalami peningkatan. Tahun ini target pendaftar SPAN 150.000," katanya.
Untuk kuota kedua jalur tersebut, pada tahun ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Misalnya, kuota SPAN PTKIN 2016 ada sekitar 73.246, sementara tahun lalu hanya 61.246.
Sedangkan kuota UM PTKIN 2016 sebanyak 48.638 dan tahun sebelumnya hanya 40.533. Tahun ini, kata Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya itu, panitia telah melakukan berbagai penyempurnaan untuk menunjang proses seleksi yang lebih baik.
"Siswa, baik yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maupun Kurikulum 2013, boleh mengikuti seleksi ini. Penilaian sebelumnya melalui tiga sistem, sekarang menjadi lima sistem," tuturnya.
Sesuai Akreditasi
Bagi siswa yang berprestasi tinggi dan secara konsisten menunjukkan prestasinya, layak mendapatkan kesempatan untuk menjadi calon mahasiswa UIN/IAIN/STAIN melalui SPAN PTKIN.
"Siswa yang berhak mengikuti SPAN PTKIN adalah siswa MA/MAK/SMA/SMK/Pesantren, mempunyai Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN), dan telah mengisi Pangkalan Data Siswa dan Sekolah (PDSS) dengan lengkap dan benar," terangnya.
Masing-masing sekolah, lanjutnya, mendapat kuota sesuai akreditasi sekolah yang dicapai. "Untuk sekolah akreditasi Aberhak mendaftarkan 75 persen siswa terbaik di sekolahnya, akreditasi B sebanyak 50 persen, akreditasi C sebanyak 20 persen, dan akreditasi lainnya 10 persen," jelasnya.
Sedangkan pola seleksi UM PTKIN akan dilaksanakan secara nasional melalui sistem terpadu dan diselenggarakan serentak oleh panitia yang ditetapkan Kemenag. 

Menulis Diatas Daun Lontar? Ini Caranya!

Mungkin ini Old Skool tapi demi melestarikan apa yang telah dilakukan oleh luluhur kita perlu sekali kita sebagai generasi muda mempelajari apa yang telah ditularkan oleh Lukman Hakim, penggiat penulisan aksara Jawa menggunakan media daun lontar atau daun siwalan.
Ada sebuah pesan yang ingin ia tularkan pada generasi saat ini. Saat semua yang serba gadget dan instant, ia menularkan pesan melalui Jawigrafi. "Dengan menulis di atas daun lontar seolah tanpa sadar belajar tentang sejarah awal metode menulis di Indonesia." katanya.
Menurutnya, sebelum lontar, budaya menulis dimasyarakat dahulu dilakukan di atas batu seperti pada candi atau arca. Sehingga, diharapkan dengan menularkan cara ini, yakni menulis aksara Jawa, akan menjadi Hal yang bukan lagi kenangan Akan tetapi masih ada dan eksis dimasyarakat kita.
Saat Tim GudegNet bertanya, apakah susah mencari daun lontar, Keem, sapaan akrabnya menjelaskan memang susah untuk mendapatkan daun lontar. Namun ia mengaku mendapat lontar dari perkebunan yang ada diwilayah Tuban, Jawa Timur. "Jadi biasanya, kiriman daun lontar dari wilayah Tuban." terangnya.
Ada trik khusus untuk menulis didaun lontar ini. Tapi menurutnya bukan sebuah keharusan. Pada dasarnya ketika menulis, tentunya kita harus bisa membacanya. Adapun yang membedakan adalah media untuk menulis dengan  pisau pengupak atau dengan benda tajam untuk menggores daun. Kemudian untuk memunculkan tulisan tersebut ditorehkan kemiri bakar, dan dilap. "Supaya tidak dimakan serangga bisa dioleskan minyak sereh," tambah Keem.
Tim GudegNet pun bertanya, apakah komunitas belajar menulis aksara Jawa menggunakan media lontar ini banyak, Keem mengaku masih dalam jumlah sedikit yang terlibat didalamnya. Pihaknya selalu terbuka untuk siapapun yang ingin belajar aksara Jawa dan membuatnya di atas daun lontar. "Jadi bisa belajar bersama ditempat yang disepakati untuk belajar menghargai dan mélestarikan aksara Jawa." ungkap Keem.
Pada dasarnya. proses belajar aksara Jawa bukanlah susah. Akan tetapi butuh kesabaran untuk bisa. Bahkan belajar apapun akan sama rasanya. Ngelmu: angel yen durung nemu.
Ia pun berharap supaya aksara Jawa sebagai salah satu kekayaan ilmu dan budaya di Indonesia bisa bersanding di dunia internasional seperti aksara Cina dan Jepang.

Friday, 12 February 2016

USAID PRIORITAS, Perlu Ada Integrasi Praktikan, Guru Pamong dan Dosen

Hubungan antara mahasiswa praktikan, guru pamong dan dosen pembimbing lapangan (DPL) perlu diintegrasikan untuk meningkatkan kualitas calon guru selama menjalani Program Pengenalan Lapangan (PPL). Demikian terungkap dalam Pertemuan Nasional Finalisasi Materi Program Pengenalan Lapangan (PPL) Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang dihadiri kepala PPL dan perwakilan dosen LPTK mitra USAID PRIORITAS di Jakarta, Rabu (11/2/2016).

Dalam pertemuan tersebut terungkap bahwa koordinasi dan koordinasi antara sekolah dan LPTK perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya sinergi antara dosen pembimbing lapangan, guru pamong dan mahasiswa praktikan PPL.

Banyak ditemukan di lapangan para mahasiswa praktikan yang kurang disiplin dan penguasaan materi belum memadai. Di sisi lain guru pamong yang seharusnya berfungsi membimbing mahasiswa masih perlu ditingkatkan kapasitasnya. Bahkan ada kasus di mana mahasiswa praktikan PPL dimintai tolong untuk membuatkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh guru pamong. DPL juga belum memberikan bimbingan yang terstruktur dan intensif.

Dalam pertemuan tersebut, Dian Ekawati dosen UIN Bandung, pesertaUniversity Connect USAID yang ikut dalam program short course 2 bulan di Michigan State University untuk mengidentifikasi praktik-praktik yang baik dalam menyiapkan pendidikan calon guru yang berkualitas, memaparkan bahwa integrasi dan koordinasi antara DPL, guru pamong dan mahasiswa praktikan PPL bisa dilakukan dengan cara conference, yaitu duduk bersama membahas perkembangan mahasiswa praktikan selama proses PPL.

Lynne Hill, Penasihat Pembelajaran USAID PRIORITAS, menyatakan bahwa melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas PPL di LPTK. Materi yang dikembangkan bisamemberikan kontribusi pada panduan PPL yang sudah dimiliki oleh tiap-tiap LPTK.

Dr. HendraSuryanto, KasiKurikulum Pendidikan Vokasi dan Profesi Kemristekdikti, menyatakan apresiasi terhadap kegiatan USAID PRIORITAS. Dia sudah mengikuti beberapa rangkaian kegiatan USAID PRIORITAS dan menilai kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk peningkatan kualitas LPTK dalam rangka mempersiapkan calon guru.

Alphian Sahruddin, guru pamong SDN Kompleks IKIP I Makassar, mengungkapkan bahwa menambah wawasan mengenai kemitraan LPTK dan sekolah dalam hal pembimbingan mahasiswa calon guru. 

“Banyak hal baru yang sudah dilaksanakan tetapi masih terasa kurang dan pelatihan ini mendapatkan update terbaru mengenai peran sebagai guru pamong yang bukan hanya sekadar memberikan penilaian tetapi juga membimbing mahasiswa calon guru menjadi guru professional,” jelas Alphian.

Prof. Dr. Ani Rusilowati, dosen pembimbing lapangan dari Universitas Negeri Semarang, menyatakan bahwa kegiatan USAID PRIORITAS  memberikan masukan untuk pelaksanaan conference ketika menetapkan nilai mahasiswa praktikan. 

Conference adalah penentuan nilai yang dilakukan guru pamong dan dosen kepada praktikan, tetapi disampaikan terbuka.Hal ini membuat mahasiswa melakukan refleksi mengenai kemampuan dia dan praktikan juga bisa mendapatkan masukan.Perlu bangun kultur keterbukaan dan objektifitas,” demikian ungkap Ani.

Prof. Dr. Muchlas Samani, pakar pendidikan, menyampaikan bahwa kegiatan USAID PRIORITAS berusaha membantu LPTK agar PPL bisa berjalan dengan baik. Dia menilai mahasiswa praktikan, guru pamong dan DPL perlu menjadi satu kesatuan dan membangun komunikasi sinergis antara LPTK sebagai penghasil guru dan sekolah sebagai pengguna.

“LPTK perlu punya partner sekolah yang tetap, yang menjadi bagian penyiapan calon guru. Sekolah perlu memahami bahwa kehadiran PPL adalah sebagai pengganti mereka di masa depan,” kata Muchlas.

Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaila MPd, Direktur Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya, menyatakan bahwa kegiatan USAID PRIORITAS ini bermanfaat untuk meningkatkan sinergi antara mahasiswa LPTK.

“Tiap LPTK sudah punya pedoman yang jelas, yang harus digunakan, dan perlu ada pemantauan penggunaan pedoman. Perlu ada diskusi intensif antara dosen pembimbing, guru pamong dan mahasiswa praktikan. Seharusnya DPL perlu sering bertemu guru pamong dan praktikan dan membahas kinerja praktikan dan support apa yang bisa diberikan,” kata Luthfiyah.

“Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, Opportunities for Reaching Indonesia’s Teacher, Administrators, and Students (USAID PRIORITAS) adalah program lima tahun yang didanaiolehUnited States Agency for International Development (USAID)dan didesain untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia. USAID PRIORITAS adalah bagian dari program kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat” Lynne Hill, Penasihat Pembelajaran USAID PRIORITAS.

Wednesday, 10 February 2016

7 Tips Wujudkan Kelas Menyenangkan


Aktifitas kegiatan belajar m
engajar di dalam kelas merupakan rutinitas bapak ibu guru bersama-sama siswa setiap harinya. bapak ibu guru mungkin banyak menemukan kejadian-kejadian yang sangat menyenangkan bahkan juga menjemukan di dalam kelas, dimana keadaan siswa tidak memperhatikan anda, siswa sering minta izin untuk keluar ruangan. disaat kondisi demikian mungkin bapak ibu guru perlu melakukan evaluasi dalam pengelolaan kelas. inilah tips yang bisa bapak anda gunakan untuk menciptakan kelas anda sangat menyenangkan.
1.Tunjukkan Antusiasme Anda dalam Mengajar
Antusiasme merupakan sikap mental positif yang berasal dari pikiran, pada saat anda memasuki kelas tunjukkan bahwa anda sangat bersemangat untuk berbagi ilmu, anda bisa membuka kelas dengan memberikan salam yang hangat serta senyuman kepada siswa anda. berilah penekanan pada ucapan salam anda serta sisipkan kata-kata motivasi kepada siswa anda hakekat serta tujuan kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan.
2. Ajak Mereka Bermain
Ambillah 5 menit pertama sebelum anda menyampaikan materi ajar untuk bermain dengan anak-anak didik anda, misalnya dengan permainan senam jari yang bisa digunakan untuk menularkan sikap antusias anda serta mengaktifkan saraf-saraf motorik mereka agar lebih bersemangat dalam memulai pembelajaran.
3. Berikan pertanyaan permulaan yang ringan
Setelah anak-anak menunjukkan rasa antusis terhadap anda, barulah anda memulai masuk pada materi yang akan anda sampaikan, untuk masuk pada materi jangan sekali-kali anda memulai dengan menagih tugas rumah mereka. kenapa begitu, karena hal tersebut akan menghilangkan rasa antusis mereka.
kita bisa mengawalinya dengan membuat pertanyaan sederhana dan ringan apa yang sudah kita ajarkan kepada mereka pada pertemuan sebelumnya. buatlah pertanyaan yang sekiranya semuanya mampu menjawabnya. semakin banyak anak yang mengajungkan jari untuk menjawab pertanyaan yang anda ajukan hal tersebut menunjukkan bahwa anak-anak sudah merasa nyaman dengan kondisi kelas.
4. Berikan perhatian ke semua anak
Yang sering terjadi di dalam kelas, guru hanya memberikan perhatian kepada anak-anak yang pintar saja, karena dirasa mereka lah yang mampu mendengarkan dan mengaplikasikan apa yang sudah anda jelaskan. kalau hal tersebut anda lakukan terus menerus maka justru akan menimbulkan kesenjangan dan akan memperlebar jarak anda dengan anak-anak anda.
perlu diingat bahwa mereka adalah anak-anak, masa-masa tersebut sangat membutuhkan perhatian. anak yang tidak bisa pun sebenarnya menyadari bahwa mereka agak terlambat dalam memahami apa yang disampaiakan oleh guru. tetapi jika mereka juga mendapat perhatian maka mereka akan merasakeberadaannya ada.  dengan begitu mereka walaupun tidak bisa akan berusaha mendengarkan apa yang sedang anda jelaskan.
5. Selalu Berinovasi
Sesuatu yang monoton tentu akan menjemukan, anda sendiri kalo melihat sesuatu yang itu-itu saja pasti akan membosankan, apalagi dunia siswa dunianya anak-anak tentu tingkat kebosanannya semakin tinggi kalau yang mereka lihat dikelas tidak berubah.
apa yang mereka alami diluar kelas perkembangannya jauh lebih cepat, misalnya, mereka melihat tanyangan ditelevisi, internet disana mereka disuguhkan perubahan tampilan dan konten dengan begitu cepatnya. maka ketika mereka kembali kedalam kelas dengan kondisi yang sama baik dalam segi tampilan metode mengajar maupun kontennya siswa akan mengalami kebosanan.
disinilah anda dituntut untuk kreatif mendesain perubahan kelas anda, anda bisa menggunakan teknologi sebagai sarana atau media dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
6. Berikan Penghargaan
Penghargaan merupakan keharusan untuk menanamkan pada anak-anak tentang nilai nilai kerja keras dan kompetesi, hanya yang mampu menyelesaiakan pekerjaan yang anda berikan dengan sungguh-sungguh saja yang layak untuk mendapat penghargaan.
anda bisa mendesain tugas yang anda berikan bisa melibatkan semua siswa anda, jangan terpaku pada tugas tugas tekstual yang mungkin sudah sering anda gunakan. anda bisa membuat Kuis layaknya kuis yang ada di televisi.
7. Akhiri kelas anda dengan berdo’a bersama
Hal ini menjadi sangat penting, sebagai bentuk pengajaran yang berlandaskan pada kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa,  dengan melibatkan dan membiasakan mereka berdoa bersama-sama diharapkan terwujud sikap senantiasa ingat kepada sang maha pemberi pertolongan.

Dahsyatnya Otak Kanan, Sudahkah Anda Mengenali?

1Seperti kita ketahui bahwa otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri, dimana keduanya mempunyai peranan masing-masing, otak kanan mempunyai peranan dalam perkembangan kreatifitas, inovasi, imajinasi, daya cipta, keuletan, tanggung jawab, kedisiplinan,etika, empati, dan lain sebagainya. sedangkan otak kiri berhubungan dengan logika, angka-angka, bahasa, intelektual dan pengetahuan.
Bisa kita bayangkan bila sejak dini otak kanan mereka diberikan stimulus secara terus-menerus maka tidak heran akan muncul generasi emas dimasa yang akan datang. kita tahu bahwa selama ini yang menjadi perhatian hanya pada penggunaan otak kiri. anak-anak hanya di tuntut untuk mendapatkan nilai yang baik, berfikir yang sistematis tapi kita lupa memberikan perhatian terhadap kreatifitas, daya cipta, kejujuran, imajinasi dll.

“Dalam suatu pertemuan dengan ibu-ibu berusia 35 tahun keatas yang berjumlah 60 orang saya meminta mereka untuk menggambar pemandangan, apa hasilnya? semuanya mengahasilakan gambar dua buah gunung ditengahnya ada matahari

5
Sumber Gambar : https://tigorboraspati.wordpress.com
Hal tersebut menandakan apa ? daya kreatifitas dan imajinasi tidak pernah di beri perlakuan, lantas kenapa mereka bisa menemukan gambar dua gunung dan matahari ditengahnya ? ya, mungkin saja gambar tersebut mereka peroleh ketika di bangku TK/RA. dan hampir 30 tahun tidak pernah mencoba berani untuk berkreatifitas pada gambar yang lain.

“Bisa jadi generasi yang sekarang masih duduk di bangku TK/RA 30 tahun lagi, gambar pemandangan yang dihasilkan tetap sama”

Salah satu yang bisa dilakukan agar anak-anak tumbuh dengan mempunyai daya kreatifitas yang tinggi, mulai sejak dini mulai diberikan perlakuan khusus untuk perkembangan otak kanan melalui beberapa permainan yang bisa merangsang kerja otak kanan. permainan apa saja yang bisa mengasah otak kanan? baca artikel selanjutnya.

Monday, 8 February 2016

Syarat Guru Honorer Sekolah Agar Dapat Insentif Dari Kemdikbud

Tahun ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengalokasikan anggaran untuk insentif para guru honorer mencapai Rp 389 miliar. Alokasi anggaran insentif bagi guru non Pegawai Negeri Sipil (PNS) tersebut diperuntukkan bagi 108 ribu guru. Salah satu syarat utama penerima insentif adalah beban mengajar minimal 24 jam.


"Pemberian didasarkan beban mengajar dan kelebihannya sehingga setiap orang bisa terima berbeda jumlahnya. Oleh karena itu mohon jangan memberikan jam anda ke guru lain agar sama-sama terima karena akan diberlakukan batas minimal jam yangg harus dimiliki minimal 24 jam perminggu", tulis Kepala Bagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen GTK Kemdikbud, Tagor Alamsyah Harahap yang palanggay.com kutip dari dari status facebook-nya (07/02/16).

insentif guru non PNS yang diberikan mulai tahun 2016 ini merupakan penganti Subsidi Tunjangan Fungsional. Sesuai PP nomor 74 tahun 2005 bahwa Subsidi Tunjangan Fungsional sudah berakhir 10
tahun sejak diundangkan. Prioritas penerima insentif adalah guru yang telah mengisi dan mengirimkan datanya melalui aplikasi Data Pokok Pendidik (Dapodik) serta dinyatakan valid sesuai dengan kriteria.

Tagor mengingatkan, Dinas Pendidikan kabupaten/kota sesuai surat Dirjen GTK agar menyiapkan daftar calon penerima insentif guru honorer tahun 2016 yang dapat diakses oleh publik (ditempel di papan pengumuman). Dinas Pendidikan diberikan kewenangan untuk menentukan calon penerima insentif guru honorer tahun 2016 melalui sitem aplikasi SIM Tunjangan sesuai jadwal dalam surat edaran.

Sunday, 7 February 2016

METODE TERBARU MENGAJAR KURIKULUM 2013 ATAU KURIKULUM NASIONAL

10 METODE TERBARU MENGAJAR KURIKULUM 2013 ATAU KURIKULUM NASIONAL

Asalamu'alaikum wr.wb selamat pagi dan salam sejahtera untuk rekan-rekan guru cerdas seluruh indonesia... pada kesempatan kali ini saya akan berbagi metode terbaru mengajar kurikulum 2013 atau kurikulum nasional.
berikut adalah 10 metode yang rekan-rekan bisa terapkan...


1.    EXAMPLES NON EXAMPLES Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD Langkah-langkah : 
  • Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
  •  Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP 
  • Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar 
  • Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas 
  • Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
  • Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
  • Kesimpulan 
2.    PICTURE AND PICTURE Langkah-langkah :
  • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 
  • Menyajikan materi sebagai pengantar
  • Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi 
  • Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
  • Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut 
  • Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
  • Kesimpulan/rangkuman 
3.    NUMBERED HEADS TOGETHER (Kepala Bernomor, Spencer Kagan, 1992) Langkah-langkah : 
  • Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
  • Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya 
  • Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya 
  • Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
  • Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
  •  Kesimpulan 
4.    COOPERATIVE SCRIPT (Dansereau Cs., 1985) Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari Langkah-langkah :
  • Guru membagi siswa untuk berpasangan 
  • Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan 
  • Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
  • Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar : -   Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap -   Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
  • Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
  • Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru 
  • Penutup

5.    KEPALA BERNOMOR STRUKTUR  (Modifikasi Dari Number Heads) Langkah-langkah : 
  • Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 
  • Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
  • Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
  • Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain 
  • Kesimpulan 
6.    STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TIM SISWA KELOMPOK PRESTASI (SLAVIN, 1995) Langkah-langkah : 
  • Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll) 
  • Guru menyajikan pelajaran 
  • Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
  • Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu 
  • Memberi evaluasi 
  • Kesimpulan 

7.    JIGSAW (MODEL TIM AHLI) (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978) Langkah-langkah : 
  • Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim 
  • Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
  •  Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan 
  • Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
  • Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh 
  • Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 
  • Guru memberi evaluasi 
  • Penutup

 8.    PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) (Pembelajaran Berdasarkan Masalah) Langkah-langkah : 
  • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 
  • Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.) 
  • Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
  • Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya 
  • Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan 

9.    ARTIKULASI Langkah-langkah : 
  • Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
  • Guru menyajikan materi sebagaimana biasa 
  • Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
  • Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya 
  • Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya 
  • Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
  •  Kesimpulan/penutup 

10.    MIND MAPPING Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban Langkah-langkah : 
  • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 
  • Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban 
  • Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang 
  • Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi 
  • Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru 
  • Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru 



Demikian informasi terbaru yang dapat saya berikan...
semoga bermanfaat.....