Saturday, 20 February 2016

TUNJANGAN PROFESI GURU TAHUN INI TIDAK CAIR?

TUNJANGAN PROFESI GURU TAHUN INI TIDAK CAIR?

Assalamu'alaikum wr wb,,,, selamat malam rekan-rekan guru tercinta!!
Malam ini kami akan menyampaikan informasi mengenai pencairan tunjangan profesi guru,,untuk lebih lanjutnya silahkan baca info dibawah ini,,,,,,,
 
Pencairan tunjangan profesi guru (TPG) masih menjadi persoalan tak terpecahkan. Berdasarkan evaluasi operasional unit layanan terpadu (ULT) Kemendikbud, urusan TPG menjadi pengaduan cukup dominan. Setelah dicek, pemicu persoalannya ada di daerah masing-masing.
 

Setahun terakhir Kemendikbud telah mengoperasikan ULT yang berada di komplek Kemendikbud Jl Sudirman, Jakarta. Hasil evaluasi hingga akhir Desember 2015, total layanan di ULT mencapai 18.185 orang pemohon. ’’Urusan sertifikasi dan pencairan tunjangan profesi guru (TPG) menjadi cukup banyak juga,’’ kata Mendikbud Anies Baswedan.

Anies menjelaskan pemicu macetnya pencairan TPG sangat beragam. Diantaranya adalah pemda selaku instansi pembina kepegawaian para guru-guru PNS, tidak updating data. Contohnya ketika ada proses mutasi guru dari sekolah A ke sekolah B, dinas pendidikan kabupaten/kota tidak segera melaporkan mutasi itu ke Kemendikbud.

Menurut mantan rektor Universitas Paramadina itu, salah satu syarat pencairan TPG adalah kecocokan data penempatan guru. Pencairan TPG akan berhenti ketika data di Kemendikbud masih belum diperbaiki. Untuk itu sebelum datang jauh-jauh ke Jakarta untuk mengurus TPG, para guru diminta untuk klarifikasi ke dinas pendidikan setempat.
Kalaupun ada guru sudah terlanjur ke Jakarta menanyakan kejelasan pencairan TPG-nya, Anies berpesan kepada operator untuk melayaninya dengan baik. ’’Guru itu datang membawa masalah. Operator ULT harus ikut merasakan masalah itu dan mencari solusinya,’’ katanya.

Anies menganggap keberadaan ULT untuk menampung pengaduan di bidang pendidikan akan tetap dipertahankan. Baginya masalah di dunia pendidikan itu akan terus bermunculan. Dia berharap masalah yang muncul, sifatnya bukan pengulangan. ’’Kalau masalah yang muncul itu-itu saja, berarti ada masalah di sistemnya,’’ ujarnya.
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengatakan urusan pencairan TPG memang belum tuntas sampai sekarang. Dia menjelaskan masalah keterlambatan dan pemotongan pencairan TPG masih kerap dilaporkan para guru di daerah-daerah.

Kedisiplinan dalam pengisian data base guru, menurut Retno sangat menunjang kelancaran pencairan TPG. Dia mengingatkan ketika pemda melakukan mutasi guru, harus segera dilaporkan ke Kemendikbud. ’’Jangan sampai guru dirugikan,’’ jelas dia.

Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo tetap memperjuangkan supaya TPG bisa dicairkan secara rutin setiap bulan. Baginya TPG idealnya dicairkan rutin seperti gaji. ’’Jangan dirapel tiga bulanan seperti sekarang,’’ katanya.

Bagi guru PNS besaran TPG yang diterima adalah senilai gaji pokok yang berlaku. Sedangkan untuk guru non PNS, nominal TPG dipukul rata Rp 1,5 juta per bulan. Tetapi untuk guru non PNS yang sudah in passing (penyetaraan), maka gajinya disetarakan guru PNS untuk golongan pangkat tertentu.


( Sumber :jawapos.com)
Demikian informasi yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat bagi kita semua amiiin,,,,,

KARTU NUPTK, NRG DAN NISN DALAM SATU APLIKASI

KARTU NUPTK, NRG DAN NISN DALAM SATU APLIKASI


Banyak aplikasi cetak kartu beredar di internet yang merupakan kreatifitas teman-teman OPS untuk saling berbagi dan saling membantu tugas-tugas sebagai OPS. Salah satunya adalah kreasi seorang OPS dari Tabalong, Kalimantan Selatan, Deni Demian Ranoptri.

Satu aplikasi yang dapat membantu tugas OPS mencetak Kartu NUPTK dan NRG dari PTK serta Kartu NISN bagi siswa. Dirancang dalam format excel yang sudah familiar dengan dunia OPS. Pengoperasiannya mudah dan untuk mendapatkannya juga GRATIS. 


PANDUAN CETAK KARTU NUPTK
  1. Unduh dulu aplikasinya IKUTI TAUTAN INI
  2. Jangan lupa di esktrak karena masih dalam format rar.
  3. Buka aplikasinya gunakan user dan pasword di bawah ini user : gurusd.net pasword : gurusd 
  4. Pilih menu INPUT DATA NUPTK dan masukkan data PTK yang diminta
  5. Untuk melihat hasil input data klik DB NUPTK
  6. Setelah selesai input data, pilih tab PRINT dan Klik KARTU NUPTK


PANDUAN CETAK KARTU NISN
Untuk mencetak kartu NISN caranya sama dengan Kartu NUPTK. 
  1. Pilih menu INPUT DATA NUPTK dan masukkan data PTK yang diminta
  2. Untuk melihat hasil input data klik DB NUPTK
  3. Setelah selesai input data, pilih tab PRINT dan Klik KARTU NUPTK
  4. Untuk mencetaknya kita tinggal memilih sesuai urutan yang ingin kita cetak dengan klik tombol panah di sisi kanan kartu dan Klik Gambar Printer untuk melihat preview dan mencetaknya.
Untuk anda yang berminat silahkan download melalui link berikut ini
Print Friendly and PDF

Tips Mengatasi Agar Siswa Tidak Ribut Dalam Pembelajaran ?

Masalah Semua Guru , Tips Mengatasi Agar Siswa Tidak Ribut Dalam Pembelajaran ?

Tulisan ini saya buat untuk memberikan tambahan informasi kepada teman yang mencari informasi tentang hal yang sama. Bagaimanaa mengatasi agar siswa tidak ribut dalam pembelajaran? Dalam konsep pembelajaran kuantum kita mengenal prinsip bahwa semuanya bertujuan. Ini berarti bahwa dalam proses pembelajaran harus diupayakan agar semuanya bertujuan bagi terselenggaranya pembelajaran yang efektif, baik yang terkait dengan komunikasi maupun benda-benda di kelas.


Siswa ribut biasanya ada sesuatu yang tidak beres dengan proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru. Atau, ada sesuatu yang lebih menarik bagi siswa dibanding proses pembelajaran. Itu sebabnya, maka hal yang membuat siswa lebih tertarik itu harus didayagunakan untuk mendukung proses pembelajaran.

Guru harus mampu membaca suasana hati siswa ketika mengajar, kemudian menyesuaikan aktivitas pembelajaran dengan suasana hati siswa. Ini penting, agar proses pembelajaran berlangsung mulus.

Idealnya, guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan suasana hati setiap siswa di kelas. Namun ini agaknya tidak mungkin. Oleh karena itu cukuplah jika guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan suasana hati sebagian besar siswa di kelas.
Bagaimana caranya? Pertama, masukilah dunia siswa. Guru dapat memasuki dunia siswa dalam pembelajaran melalui pertanyaan pancingan yang mengarah pada sesuatu yang sedang menjadi topik perbincangan siswa. Atau, guru mencermati apa yang sedang menarik perhatian siswa, kemudian membicarakan sesuatu yang menarik dari apa yang diperhatikan siswa tersebut. Sebentar saja. Tujuannya adalah untuk membawa siswa kepada pelajaran.

Selanjutnya, cari hubungkan apa yang diperbincangkan tadi dengan materi pelajaran, sehingga siswa memberikan perhatian kepada pelajaran. Jangan dipaksakan! Jika sebentar saja perhatian siswa kembali ke hal di luar pelajaran, maka berarti pelajaran hari itu memang tidak menarik bagi siswa.

Dalam situasi seperti ini guru harus cerdas dan kreatif untuk mengubah pelajaran yang tidak menarik itu menjadi menarik bagi siswa. Temukan, apakah karena metode yang tidak tepat, materi yang terlalu sulit, komunikasi yang monoton tidak menginspirasi, atau karena tidak digunakannya media pembelajaran yang sesuai.

Apabila sudah ditemukan penyebab tidak menariknya pelajaran bagi siswa (kalah menarik dibandingkan dengan situasi di luar kelas), maka segera temukan solusinya, dan terapkan dalam pembelajaran. Anda akan menemukan bahwa sebenarnya tidak sulit mengelola situasi di kelas agar fokus pada pembelajaran ketika kita memang sudah mencintai pekerjaan kita, mencintai murid-murid kita, dan berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan dan keberhasilan murid-murid kita.

Manfaat Belajar Dengan Standing Desk Membuat Siswa Lebih Aktif

ILUSTRASI. FOTO: Laman Safebee,
Orang tua yang khawatir bahwa terlalu banyak duduk bisa membahayakan kesehatan anak-anak mereka. Kekhawatiran itu sudah ada ada solusinya berupa standing desk/meja berdiri di dalam kelas.

Penelitian terbaru melaporkan bahwa penggunaan meja berdiri/standing desk di sekolah membantu anak-anak lebih aktif.

Para peneliti juga menemukan bahwa penggunaan meja berdiri itu tentatif terkait dengan perilaku anak-anak didalam kelas yang lebih baik dan pengeluaran energi yang lebih besar di antara mereka meskipun hasilnya berasal dari studi bervariasi.

“Ada banyak penelitian di luar sana tentang mengintegrasikan meja berdiri dengan tempat kerja yang umumnya memiliki dampak menguntungkan pada karyawan dengan mengurangi waktu duduk dan meningkatkan waktu berdiri,”

kata penulis studi, Karl Minges, seperti dilansir laman Safebee, Rabu (17/2).

“Penelitian kami menambah bukti bahwa kegiatan belajar disekolah bisa menjadi tempat yang baik untuk memperkenalkan meja berdiri untuk meningkatkan kesehatan siswa serta pikiran mereka,” kata Minges.

Minges dan koleganya mereview studi delapan sekolah internasional, termasuk sekolah dimana siswanya berusia 5 tahun sampai 18 tahun. Desain meja disesuaikan mulai dari meja biasa dengan penggunaan bangku dan meja berdiri yang tidak memiliki bangku.
Sementara hasil delapan desain studi sangat bervariasi, setengah menunjukkan bahwa waktu duduk siswa yang menggunakan meja berdiri menurun sekitar satu jam setiap hari. Dua penelitian menunjukkan peningkatan yang signifikan, hingga hampir 31 persen dalam proporsi anak-anak menghabiskan waktu berdiri setiap hari sekolah.

Hasil lainnya menunjukkan anak-anak yang menggunakan meja berdiri lebih dari satu jam sehari lebih jarang menonton televisi dan menggunakan komputer.

“Satu studi mengatakan bahwa lebih dari 32 kalori tambahan per jam dibakar pada siswa yang menggunakan meja berdiri yang akan menjadi setara dengan 225 kalori (total kalori yang terbakar saat Anda melakukan roller skating atau skateboard setelah sekolah," jelas Minges.

Di Amerika Serikat, tingkat obesitas di kalangan anak-anak usia 6 tahun sampai 11 tahun tumbuh dari 7 persen pada tahun 1980 menjadi hampir 18 persen pada tahun 2012. Anak yang berusia 12 tahun sampai 19 tahun, tingkat obesitas meningkat dari 5 persen menjadi 21 persen pada periode waktu yang sama, menurut Centers for Disease Control and Prevention.

60 Kepsek Terancam Jadi Tersangka, Ada yang Gemetar & Menangis

Assalamualaikum wr.wb .
Selamat pagi salam sejahtera untuk kita semua , semoga kita di berikan kesetan , silahkan simak informasi terbaru yang datang dari Palembang . selamat membaca .

kepsek

Majelis hakim persidangan Pengadilan Negeri (PN) Kelas I A Palembang, Junaidah SH MH, Kamis (18/2) menegaskan, 60 kepala sekolah SD, SMP, SMA, dan SMK di Kota Palembang yang terbukti memberikan sejumlah uang sebesar 10 persen dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Anggaran Rehab Sekolah Tahun 2012-2013 dapat ditetapkan menjadi tersangka.

Hal itu ditegaskan hakim dalam persidangan terdakwa Hasanuddin (mantan Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan dan Subsidi Disdikpora Palembang dan terdakwa Rahmat Purnama (mantan Kepala Seksi Bangunan Gedung dan Perabotan Disdikpora Palembang), yang terjerat kasus dugaan korupasi DAK Anggaran Rehab Sekolah Tahun 2012-2013 Disdikpora Palembang yang mengakibatkan  kerugian negara mecapai Rp 3,4 miliar.

Dimana dalam persidangan kemarin, dari 30 kepala sekolah yang dijadikan saksi dalam kasus dugaan ini, 26 kepala sekolah dihadirkan JPU menjadi saksi kedua terdakwa.

Ke-26 kepala sekolah tersebut terdiri dari 13 saksi untuk terdakwa Hasanuddin, mereka yakni; ‘MU’, ‘MA’, ‘NU’, ‘MG’, ‘ES’, ‘RZ’, ‘JE, ‘PS’, ‘AR’, ‘MD’, ‘RO’, ‘MY’, dan ‘MS’.

Sedangkan 13 saksi lainnya menjadi saksi untuk terdakwa Rahmat Purnama, mereka yakni; ‘SS’, ‘HTR’, ‘MN’, ‘SP’, ‘QR’, ‘AS’, ‘Hj MZ’, ‘NA’, ‘IL’, ‘NI’, ‘RW’, ‘PU’, serta ‘MI’.

Dikatakan Mejelis Hakim Junaidah SH MH, dalam Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), pihak pemberi suap dan penerima uang suap bisa dikenakan pidana. Apalagi dalam kasus dugaan ini, uang DAK yang diterima, 10 persennya diduga diserahkan kepala sekolah kepada terdakwa tanpa adanya paksaan. Karena itu kepala sekolah yang terbukti memberikan uang itu sama saja dengan menyuap dan bisa dijadikan tersangka dalam kasus dugaan ini.

“Bapak dan ibu (26 saksi Kepala sekolah) sebagaian dari 60 kepala sekolah yang menjadi saksi dalam kasus dugaan DAK ini. Nanti semuanya (60 kepala sekolah) juga akan kami sidangakan disini. Karena saat memberikan 10 persen uang dari anggaran DAK, dilakukan tanpa dipaksa dengan pisau atau diancam akan dimutasi serta diberhentikan dari jabatan kepala sekolah. Jadi kalian (saksi), dengan sadar memberikan uang itu, ini namanya suap dan bisa kena pidana,” tegasnya.

Masih dikatakannya, apalagi dalam kasus dugaan ini ada dugaan yang membuat laporan fiktif untuk menutupi anggaran 10 persen yang diserahkan tersebut. “Ini jelas pidana dan 60 kepala sekolah yang menjadi saksi dalam perkara ini bisa menjadi tersangka dan disidangkan, seperti terdakwa Hasanuddin dan Rahmat Purnama,” ungkap Junaidah SH MH.

Ditambahkan Gustina Ariyani SH MH yang juga Majelis Hakim Persidangan,  dugaan  kasus suap yang diduga dilakukan 60 kepsek ini ada karena memberikan anggaran 10 persen dari DAK, yang tujuannya agar dana alokasi khusus untuk pembangunan sekolah cair.

“Jadi karena adanya dugaan suap makanya dapat ditetapkan sebagai tersangka. Dari itulah kedepan saya harap tidak ada lagi kepala sekolah yang memberikan uang, menerima uang. Karena yang bersangkutan, bisa dijerat pidana Tipikor,” ujarnya.
Pantauan di ruang sidang, dari ke-26 saksi tersebut ada sejumlah kepala sekolah yang terlihat gemetar saat memberikan kesaksian di persidangan. Bahkan juga ada kepala sekolah yang tampak menangis karena matanya terihat merah dan berlinangan ketika dicecar pertanyaan oleh Majelis Hakim.

Sementara saat para saksi ditanya oleh Ketua Majelis Hakim Kamaluddin SH MH terkait jumlah anggaran DAK yang diterima oleh setiap kepala sekolah. Satu persatu kepala sekolah yang menjadi saksi menjawab nominal DAK yang bervariasi mulai dari, Rp 296 juta, 366 juta, Rp 386 juta, Rp 480 juta hingga Rp 495 juta.

“Kalau saya menerima DAK sekitar Rp 296 juta, kemudian 10 persen dari jumlah tersebut sekitar Rp 29 juta saya berikan kepada ‘TA’ yang merupakan koordinator yang mengumpulkan uang itu,” kata ‘RZ’ salah satu Kepala Sekolah menjawab pertanyaan hakim sambari memegang microphone dengan tangan yang gemetar.

Menurut ‘RZ’, awalnya ia bersama kepala sekolah lainnya tidak menyangka jika akan diminta uang 10 persen dari DAK yang diterima.

“Awalnya semua kepala sekolah dikumpulkan oleh Hasanuddin dan Rahmat Purnama di SMPN 13 Palembang. Dalam pertemuan itu, kedua terdakwa mesosialisasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) Anggaran Rehab Sekolah tahun 2012-2013. Saat pertemuan memang tidak disampaikan permintaan uang 10 persen itu. Namun setelah acara sosilisasi, Pak ‘TA’ yang merupakan koordinator menelpon dan meminta uang Rp 29 juta dari 10 persen DAK yang saya terima. Kalau uang DAK carinya tiga tahap, tapi untuk 10 persennya saya berikan kepada ‘TA’ saat tahap pertama pencairan dilakukan,” jelasnya.

Sedangkan saksi lainnya ‘MY’ yang juga kepala sekolah mengaku, terpaksa memberikan uang 10 persen dari DAK yang diterimanya. Hal itu dikarenakan dirinya takut jika ditahun berikutnya sekolahnya taklagi mendapatkan DAK untuk rehab sekolah.

“Kami mau memberikannya karna takut tahun depan tidak lagi diberikan DAK itu. Dari itulah 10 persennya kami serahkan kepada kordinatornya,” ujarnya dengan mata yang terlihat merah dan berlinang.

Usai mendengarkan keterangan para saksi, Ketua Majelis Hakim kembali mengajukan pertanyaan, apakah untuk pencairan DAK tersebut semua saksi mengajukan proposal terlebih dahulu kepada kedua terdakwa.

Menjawab pertanyaan hakim, semua saksi kompak menjawab jika usai pertemuan sosilisasi di SMPN 13 Palembang, mereka semuanya mengajukan proposal. “Ya Pak Hakim, kami semua mengajukan proposal dan kami serahkan kepada kedua terdakwa sebagai syarat agar anggaran DAK tersebut cair,” papar para saksi dipersidangan.

Setelah mendengarkan keterangan para saksi, Ketua Majelis Hakim menutup persidangan dan akan kembali melanjukan sidang pekan depan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi-saksi lainnya.

Diketahui dalam kasus dugaan ini terdakwa Hasanuddin dan Rahmat Purnama didakwa Jaksa Penutut Umum (JPU) Pasal 12 huruf (e) atau dakwaan kedua pasal 12 huruf (f) Jo Pasal 18 UU RI No 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU RI No 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU RI No 31 tahun 1999 tentang pemberatasan tindak pidana korupsi, atau dakwaan subsider Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 ayat (1) Jo Pasal 18 UU RI No 31 tahun 1999, sebagaimana diubah dan dengan UU RI No 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU RI No 31 tahun 1999, tentang pemberatasan tindak pidana korupsi.

Wednesday, 17 February 2016

Cari Tahu Kepintaran Bahasa Si Kecil Lewat Celotehnya

Cari Tahu Kepintaran Bahasa Si Kecil Lewat Celotehnya


Mendengar celoteh si kecil, rasanya ingin selalu tertawa. Ia selalu memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan maksudnya. Kemampuan bahasa anak bisa diketahui dari berbagai macam cara, seperti lewat tulisan, pemahaman kosakata, atau bisa juga dilihat saat ia mulai belajar berbicara. 

Tapi, saat si kecil belum berhasil mengutarakan maksudnya dengan kata-kata, para ibu tidak perlu khawatir. Sebab, hal tersebut bukan berarti ia tidak memiliki kepintaran bahasa. Akan tetapi, karena #BedaAnakBedaPintar membuatnya masih belajar mengolah kata yang dimilikinya dengan cara yang berbeda. 

Celotehan dan cerita si kecil yang lucu, terkadang membuat ibu senang. Seperti Giselle, Rara, Ali dan Evan yang bercerita lucu tentang kancil dan buaya berikut ini. 

“Aku punya cerita, tentang si kancil yang cerdik. Pada suatu hari, ada seekor kancil, dia mau menyeberangi sungai yang sangat besar. Tapi, dia bingung gimana ya caranya melewati sungai yang sangat besar ini,”kata Giselle. 

“Karena di sungai yang besar itu ada buaya warnanya hijau, kulitnya seperti nanas, suka makan penguin,”ujar Ali lucu. 

Terlihat di video tersebut jika kepintaran bahasa atau Word Smart Giselle lebih mudah dimengerti. Bukan hanya dari pemilihan kosakata saja, tapi juga dari mimik wajahnya yang ikut berbicara. 

Karena #BedaAnakBedaPintar, para orangtua harus lebih jeli mengenali kepintaran si kecil ya. Dr. Howard Gardner dari Harvard University mengatakan bahwa orang tua perlu memahami kepintaran anak terlebih dahulu supaya bisa membantu mengoptimalkan kemampuan anak melalui kepintarannya yang lebih dominan. Kenali dengan baik apakah kepintaran anak menonjol dari Music Smart, Self Smart, Number Smart, Word Smart, Nature Smart, Body Smart atau Picture Smart, karena #BedaAnakBedaPintar. 

Nah, jika Giselle lebih menonjol pada Word Smart, bagaimana dengan sang buah hati? Yuk, cari tahu dengan mengikuti ProGOLD Parenting Club mulai sekarang. Melalui laman ini, para orangtua bisa mengetahui lebih lanjut mengenai #BedaAnakBedaPintar. Dukung juga tumbuh kembang si kecil dengan asupan nutrisi yang tepat ya. 

Membuka Pikiran dengan Teknik “Clustering”

Membuka Pikiran dengan Teknik “Clustering” oleh: Hernowo

”Pemetaan Pikiran adalah alat pembuka pikiran yang ajaib.”
—JOYCE WYCOFF

Ketika memulai menjalankan free writing ala Elbow, tentu saja saya tidak langsung merasakan kebebasan menulis. Meskipun saya sudah memahami bahwa free writing ini tanpa koreksi (sensor) dan tanpa melihat lagi apa yang sudah ditulis (editing), tetap saja kebiasaan—atau paradigma menulis dengan cara—membaca kembali yang sudah ditulis dan mengoreksi yang sempat salah-tulis tetap belum dapat saya hilangkan. 

Kadang bahkan saya harus memperbaiki kesalahan tulis yang elementer—yang sepele, kecil-kecil, dan tidak berarti. Padahal, sekali lagi, menulis bebas merupakan kegiatan menulis tanpa disertai mengoreksi. 

Juga, saya sudah memahami bahwa free writing ini merupakan kegiatan memproduksi saja—mengungkapkan pikiran saja. Menulis saja. Titik.

Entah perlu berapa kali berlatih menulis bebas untuk mengubah paradigma menulis mengoreksi itu. Yang jelas, saya masih belum dapat menghilangkan kegiatan mengoreksi dan memperbaiki tulisan yang sudah saya tulis. 

Tentu saja, jangan salah: memperbaiki tulisan itu tetap penting. Namun, dalam paradigma free writing, memproduksi dan memperbaiki itu tidak boleh dibarengkan. Keduanya harus dipisah secara tegas dan jelas. 

Hanya, betapa susahnya mengubah paradigma. Saya, ternyata, masih harus bolak-balik ke kalimat atau paragraf sebelumnya. Ini tentu sangat menjengkelkan dan bahkan mengesalkan sekali. 

Sampai akhirnya saya menemukan bahwa kegiatan mengoreksi tulisan itu ternyata merupakan kegiatan berpikir otak kiri. Di samping fungsi otak kiri itu untuk berpikir rasional dan memastikan sesuatu, ternyata otak kiri juga memiliki kebiasaan mengoreksi atau meragukan hal-hal yang sudah dihasilkan oleh otak kanan.

Apabila pada tulisan saya sebelum ini saya menegaskan bahwa menulis bebas ala Elbow ini merupakan kegiatan menulis dengan menggunakan otak kanan, rupanya tidak lantas otomatis otak kiri dapat dimatikan. Otak kiri tetap terus bekerja. Bahkan saya merasakan bahwa kegiatan otak kiri—yang bersifat mengoreksi—itu sulit sekali saya matikan meskipun hanya sejenak. 

Nah, terkait dengan fungsi otak kiri dan otak kanan inilah kemudian saya menemukan gagasan Joyce Wycoff yang ditunjang oleh Gabriele Lusser Rico. 

Kedua tokoh yang concern terhadap kegiatan menulis dengan cara yang baru ini menemukan hal baru dan berbeda—khususnya dalam membuka pikiran untuk memulai menulis. 

Wycoff dan Rico tetap merujuk ke temuan Tony Buzan yang disebut “mind mapping” (memetakan pikiran). Keduanya juga tetap menekankan pentingnya memanfaatkan otak kanan. 

Hanya, keduanya berpendapat bahwa apabila Anda ingin dapat menulis secara lancar dan mudah, Anda perlu berlatih membuka pikiran dengan menggunakan metode “mind mapping”.

Seperti kita ketahui, teknik memetakan pikiran ini dipakai Buzan untuk mengingat dengan memanfaatkan fungsi otak kiri dan, terutama, otak kanan (menggunakan gambar, warna, dan emosi). 

Di tangan Wycoff dan Rico, teknik “mind mapping” ini dimanfaatkan untuk menulis. Menulis dalam konteks apa? Dalam konteks untuk membuka pikiran dan, dalam tahap yang lebih canggih, untuk menemukan (membangun) gagasan. 

Wycoff—seperti pernyataannya yang saya kutip di awal tulisan ini—secara khusus menunjukkan, dalam bukunya Menjadi Superkreatif dengan Pemetaan Pikiran, bahwa teknik “mind mapping” ini merupakan “alat” yang canggih untuk membuka pikiran. 

Jadi, sebelum saya menulis bebas, saya kadang bermain-main terlebih dahulu dengan teknik pemetaan pikiran ini. 

Misalnya, agar pikiran saya membuka, saya memancing pikiran saya dengan menunjukkan satu kata: kursi, bunga, atau langit. Satu kata itu kemudian saya letakkan di tengah (di pusat kertas). Lalu dari pusat yang berisi satu kata yang saya pilih itu, saya secara cepat dan spontan memancarkan garis-garis ke berbagai penjuru angin dan di setiap garis itu—di atas garis tentu saja—saya bubuhkan satu kata secara sembarang atau acak. Kegiatan ini sangat membantu saya dalam membuka pikiran saya.

Teknik “clustering” Rico hampir sama dengan teknik membuka pikirannya Wycoff. Hanya, kalau tekniknya Rico dimanfaatkan untuk mengelompokkan kata—yang merupakan simbol yang mewakili pikiran atau gagasan. 

Memang agak lebih rumit. Namun, gagasan Rico ini juga amat bermanfaat bagi seorang penulis apabila si penulis tersebut mengalami kemacaten atau kebuntuan dalam menulis. 

Sekali lagi, inti teknik-teknik yang dikembangkan Wycoff dan Rico ini ada pada gambar dan gerakan corat-coret yang kemudian membuat pikiran dapat mengembara ke mana-mana. 

Dan sebelum menjalankan free writing, berdasarkan pengalaman saya, akan bagus jika pikiran diminta melakukan pemanasan (baca: pengembaraan) terlebih dahulu dengan mengikuti saran Wycoff dan Rico.

Mendidik Siswa Tidak Hanya Di Sekolah

Mendidik Siswa Tidak Hanya Di Sekolah


Memberi pendidikan kepada siswa ternyata tidak hanya di sekolah melainkan di rumah tinggalpun sangat baik di lakukan seorang guru.

Seperti yang dilakukan Nursolah, salah satu guru tenaga honorer yang masih menyempatkan diri untuk memberikan pendidikan di sela kesibukannya.

Nursolah.S.Pd, seorang guru honor di SDN 2 Gumuruh, Kecamatan Cileles, Kabupaten Lebak, Banten kurang lebih sudah dua minggu memberikan pendidikan kepada siswa yang rencananya akan mengikuti perlombaan FLSN (Festival lomba Seni Nasional). 
"Kegiatan belajar di rumah ini karena tidak cukup jadwal belajar di sekolah, kegiatan ini juga atas dasar inisiatif sendiri karena berharap pada pelaksanaan perlombaan nanti siswanya bisa juara." Ujarnya Senin (15/2/2016).

Menurut Nursolah, kegiatan seperti ini harapannya ada kerja sama dari semua pihak, karena para siswa yang mau belajar di rumahnya kadang malas - malasan kalau tidak di imingi buat jajannya, sehingga agar mau pada belajar saya selalu merogoh kocek sendiri. pendidikan yang diberikan untuk persiapan FLSN di antaranya lagu - lagu wajib, lagu daerah yang semuanya ada tiga lagu.

Adinda Rasela, salah satu siswa yang sedang laksanakan belajar,
"Saya senang ikuti belajar disini dan memang saya yang meminta. Walaupun kadang merasa ga enak sama ibu guru yang mendidik karena mungkin terganggu waktu istirahatnya, tetapi alhamdulillah juga sih ibu gurunya ga keberatan memberikan pendidikan buat saya." Kata Adinda Rasela, salah satu peserta belajar. 

TUTORIAL VERVAL INPASSING

CARA VERVAL INPASSING

Berikut langkah-langkah verval inpassing pada Layanan Simpatika;
    • Login ke Layanan Simpatika kemenag atau Klik Disini
    • Masukkan NUPTK/PegID dan Password PTK lalu klik login.
    • Pilih menu PTK

      • Kalau sudah muncul Notifikasi paka klik "Lihat Verval Inpassing"
       
        • Pada jendela Verval Inpassing, Klik Formulir
         
        • Isi Formulir Ajuan Verval Inpassing sesuai dengan SK Inpassing PTK
         
        • Scan SK Inpassing berformat JPG/JPEG/PNG dengan ukuran Minimal 200 Kb, maksimal 1 Mb 
         
        • Kalu sudah terisi, klik Simpan & Cetak Surat Ajuan
        • Maka akan tercetak S31a
          Berikut contoh S31a