Wednesday, 9 March 2016

10 TEKNIK MENGELOLA KELAS MENURUT CAROLINE LINSE

Assalamualaikum wr wb,,,,,,,,,,,,,, Selamat siang rekan-rekan guru semua yang ada diseluruh Indonesia, siang ini pelangipost.com akan membagikan informasi mengenai,
Saat menghadapi murid yang usianya masih kecil (misal, SD) pasti kita banyak menghadapi kendala. Mulai dari siswa yang ribut, susah diatur, suka lari-lari di kelas, dan lain-lain.


Hal ini berbeda sekali dengan menghadapi siswa di SMP atau SMA. Mereka biasanya sudah mengerti untuk tetap tertib dan memperhatikan guru. Young learner (kelas rendah) biasanya masih mempunyai fokus perhatian yang cenderung rendah. Mereka tidak bisa lama-lama fokus terhadap suatu hal, karena perhatiannya akan mudah “buyar”. Maka sebagai guru sebaiknya kita mempunyai teknik tersendiri untuk mengontrol kelas. Caroline Linse mengemukakan ada 10 teknik yang bisa kita jadikan referensi.

1. Have a range of activities up your sleve
Maksudnya, sebagai guru kita harus bisa menyiapkan rencana cadangan. Misalnya aktivitas A yang sudah direncanakan ternyata tidak memungkinkanuntuk dijalankan, nah kita harus punya plan B atau plan C. Sehingga kita tetap dapat mengontrol kelas dengan baik.

2. Catch children being good
Guru terlalu sering fokus dengan perilaku buruk buruk dari muridnya, misal saat anak berbuat nakal, pasti guru akan cenderung menyalahkannya. Kadang, guru juga harus bisa memberikan pujian pada anak yang melakukan hal positif. Misalnya, kalau anak berbuat baik, sebaiknya kita memujinya. Terutama saat anak-anak trouble maker dapat berperilaku baik, kita harus langsung memujinya agar perilakunya tetap menjadi baik. Ingat loh, anak suka kalau dipuji! Tapi yang harus diperhatikan juga jangan terlalu sering memuji, apalagi memuji pada satu orang anak saja. Hal ini akan memberikan cap “anak emas” dan kita pasti dinilai pilih kasih. 

3. Use affirmative commands
Sering denger kan teori jangan bilang jangan pada anak? Nah ini sama aja kayak gitu. Pemakaian kata positif pada anak memang lebih efektif daripada kata negatif. Misal, guru yang berkata “don’t talk so loudly!”, pasti anak-anak hanya mematuhi untuk beberapa menit. Lain halnya jika guru berkata “please use indoor voice”.konotasi positif akan cenderng dipatuhi oleh anak dibanding konotasi negatif yang justru membuat mereka merasa kurang nyaman. 

4. Break down instructions into steps
Dalam memberikan intruksi pada anak, sebaiknya harus jelas dan tidak berbelat-belit. Sebagai guru kita bisa membuat beberapa langakah singkat yang bisa dimengerti anak. Instruksi yang panjang akan membuat mereka kebingungan. Sebaikanya beri instruksi langkah demi langkah dengan kalimat yang to the point. Misalnya sesudah memberik langkah pertama, kita bisa menunggu terlebih dahulu mereka mengerjakannya, jika semua sudah selesai maka dilanjutkan ke langkah berikutnya. Hal ini akan membuat mereka mengerti apa yang harus mereka lakukan dan mengerjakannya dengan baik.

5. Determine clasroom rules with students
Dalam suatu kelas sebaiknya terdapat peraturan yang jelas. Ini juga dapat membantu guru untuk mengontrol kelas karena sudah terpasang peraturan yang sebelumnya sudah disetuji oleh semua siswa. Misalnya peraturan bagi yang ribut atau gaduh akan diberi tanda L . Peraturan yang ada bisa ditempel di dinding kelas agar anak tetap ingat. Selain itu, peraturan yang dibuat juga sebaiknya dalam kalimat positif, misalnya “tertib saat pelajaran” atau “be kind to others”, dll.

6. Take the class temperature often
Sebagai seorang guru kita harus bisa membaca situasi siswa. Sebisa mungkin kita harus bisa “mengukur” keadaan kelas. Jika dilihat anak-anak sudah bosan pada suatu kegiatan, kita bisa memberikan kegiatan yang lain. Hal ini berkaitan dengan poin no.1.

7. Speak in a soft voice
Ketika suasa kelas mulai ramai, sebaiknya kita tidak berteriak agar mereka diam. Hal ini hanya akan membuat mereka diam beberapa saat lalu kembali ribut. Mereka pun akan berpikir, “kalau bu guru berteriak, berarti saya juga boleh berteriak”. Berbicara dengan volume suara yang sedang atau cenderung rendah akan membuat mereka diam dan penasaran dengan apa yang sedang kita bicarakan, sehingga mereka akan mencoba mendengarkan kita dan berhenti ribut.

8. Develop signals to quiet the class
Terkadang kita perlu menggunakan alat bantu untuk mengambil perhatian mereka. Misalnya, lihat di TK, para guru disana sering menggunakan tamborin agar murid mereka fokus. Kita juga bisa menggunakan alat lain yang mengeluarkan bunyi sebagai sinyal untuk mereka fokus. Jika kelas sudah mulai ramai dan ribut, kita bisa mengetuk-ngetuk papan tulis untuk mendapatkan perhatian mereka lagi. Pada anak ABK tunarungu, bisa digunakan isyarat lampu untuk memfokuskan perhatian. Hal ini dilakukan dengan cara menyala-matikan lampu kelas sehingga mereka terfokus pada gurunya.

9. On occasion, be a social engineer
Poin ini adalah salah satu poin yang menarik. Terkadang sebagai seorang guru kita harus bisa menjadi insinyur sosial. Kadang ada anak pendiam dan introvert yang jika berkelompok, tidak ada yang mau sekelompok dengan dia. Sebagai guru, kita harus bisa membuat dia diterima di kelompok. Caranya dengan mempromosikan kelebihannya. Misalnya, “ibu ingin kalian berkelompok dengan Mira karena dia tahu banyak cerita tentang si kancil”. Kalimat promosi tersebut bisa membuat anak lain menjadi membuka pemikirannya dan mulai tertarik untuk berkelompok dengan Mira.

10. Make sure that the punishment fits the crime
Pasti ada saatnya ketika peraturan yang dibuat akan dilanggar oleh siswa. Boleh saja kita menghukum mereka, tetapi dengan hukuman yang cocok dan sesuai dengan kesalahan yang mereka buat. Misalnya saat ada dua orang anak yang berkelahi, hukuman yang bisa kita berikan yaitu dengan memanggil keduanya, lalu menyuruh mereka menuliskan 5 hal baik tentang temannya. Si A harus menulis 5 hal baik tentang si B, dan begitu juga sebaliknya. Hukuman ini akan membuat anak (walaupun dalam keadaan yang saling membenci) berpikir tentang kebaikan yang pernah temannya lakukan.

(Sumber : http://ayundhanabilah.blogspot.co.id/ )

KEBIASAAN KESALAHAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA

Assalamualaikum wr wb,,,,,,,,,,,,,,, Selamat malam rekan-rekan guru semua yang berada diseluruh Indonesia, malam ini pelangipost,com akan membagikan informasi mengenai, ,,,,,,

Guru merupakan propesi yang sangat mulia, karena ada dua tugas berat yang mereka  emban  dan itu tidaklah mudah yaitu mengajar dan mendidik. Banyak guru yang sukses dalam mengajar namun gagal total dalam mendidik, dikarenakan berdasarkan fakta demikian Mendidik jauh lebih sulit dari pada mengajar.


Kesalahan dari orang tua adalah menyerahkan pendidikan terhadap anak sepenuhnya kepada guru di sekolah tanpa berfikir untuk mendidik anak di rumah. ini merupakan kesalahan besar. karena guru di sekolah itu tidak hanya mengayomi 1-10 anak, ada banyak anak yang harus diurus. waktu yang tidak cukup pada jam sekolah ditambah lagi guru ada kegiatan lain baik dari pemerintahan atau program sekolah.

Kesalahan Guru dalam Mendidik ini kerap kali  terjadi di instansi pendidikan sekolah-sekolah umumnya pada sekolah tingkat pendidikan SMP dan SMA. menurut para pakar pendidikan baik di eropa dan Asia dalam setiap situs resminya mereka menyatakan bahwa pendidikan merosot bukan karena guru yang tidak mampu dalam mendidik,  namun kesalahan dalam penerapan pendidikan itu yang sering tidak valid. karena masih banyak guru yang belum mengerti sistematis pendidikan, singkatnya penerapan pendidikan itu tidak sama pada setiap anak.

Beberapa Kesalahan Guru dalam Mendidik Anak 

Dalam hal ini pelangipost.com merangkum beberapa Kesalahan Guru dalam Mendidik yang kerap terjadi di sekolah.

Monoton dalam penerapan
Dimanapun sekolahnya, pasti ada guru yang demikian, sangat monoton dalam mendidik. selalu membandingkan diri pribadi dengan siswanya atau membandingkan setiap zaman. biasanya kebiasaan ini dimulai dengan pengucapan kata:

"Dulu bapak rajin belajar pergi ke sekolah meskipun bapak jalan kaki sejauh 10 km"

Pada anak sekolah zaman sekarang, Perkataan-perrkataan demikian atau seperti kata diatas, hanya membantu 10% dan bahkan sang guru dicemoohkan siswanya. jelas berbeda sikon pelajar dulu dan sekarang. terkadang guru berharap perkataan ini bisa menjadi motivasi, tanpa pernah berfiki ada anak yang kecewa, kesal, tidak suka dan lain-lain.
Atau lebih sering membandingkan satu siswa dengan siswa lain dalam kemampuan. sang guru berharap ini bisa menjadi motivasi, tapi sesungguhnya itu hanya menjadi bomerang bagi guru, siswa malas dan tidak suka. kalu sudah tidak suka pasti inputnya bagi pembelajaran dan pendidikan akan minus.

Keras dan memaksa
Pembelajaran dan pendidikan sangat tidak cocok denga menerapkan sistem paksaan, sangat ironis jika guru terlalu memaksa siswanya untuk mampu dan harus bisa. selain itu mendidik dengan sistem kekerasan juga tidak akan memberikan dampak atau efek positif bagi pelajar. kekerasan dalam perkataan dan tindakan tidak akan pernah melahirkan nilai yang positif.

Ortodok dan kaku
Sikap kaku dari seorang guru  banyak ditemukan pada kalangan guru di negara kita ini, menyamakan penerapan pembelajaran dan pendidikan pada semua elemen siswa. singkatnya bahwa mendidik siswi tidak bisa disamakan dengan siswa, jika itu tetap dilakukan outputnya lahirlah generasi pemuda yang lemah karakter banci dan pengecut dan lain-lain.

Sistem Kaku dalam mendidik, guru hanya memiliki satu teori yang selalu diunggulkan seperti kerap menasehati, ceramah terus tanpa henti. pada zaman sekarang teori ceramah dalam mendidik hampir tidak bisa digunakan terus menerus karena karakter anak lebih banyak melihat bukan mendengar. jika seorang guru hanya mampu ceramah dan berkoar-koar atau menasehati tanpa ada pengaplikasian pada diri, rentan pendidikan tersebut outputnya gagal total.

Sembrono ucapan dan tingkah laku
Pada zaman sekrang hanya sedikit guru yang memiliki wibawa dihadapan peserta didiknya, apalagi semenjak diterapkannya sistem pendidikan karakter dari barat yang berkembang pesat di indonesia, guru harus menjadi patner, menjadi teman dan lain-lain, sehingga haibah guru ambruk.  guru yang tidak dihargai muridnya berdasarkan kapasitas guru tersebut. 

Perktaan dan tingkah laku guru akan selalu diperhatikan siswa, bahkan sampai pakaian yang dikenakan gurunya pun mereka perhatikan. jika seorang guru berkata tidak sepantasnya atau bertingkah laku tidak wajar atau cara berpakaian yang tidak mencerminkan yang baik, maka itu akan menjadi nilai negatif.

Jika sudah demikian apapun yang diajarkan sang guru, akan tertutupi dengan sikapnya yang kurang baik 

Inilah contoh Kesalahan Guru dalam Mendidik, terkadang guru menganggap langkah dan teorinya itu baik tanpa memperhatikan jenis atau elemen siswa yang ia hadapi, maka hasilnya mengacu pada ranah negatif.

20 METODE MENGAJAR AGAR JADI GURU 'KEREN DAN BEKEN' MENURUT ( DR. M. SYAFII ANTONIO, M.EC )

Assalamualaikum wr wb,,,,,,,,,,,, Selamat malam rekan-rekan guru semua yang berada diseluruh Indonesia, malam ini pelangipost.com akan membagikan informasi mengenai, ,,,,,
Sukses menjadi guru tak semata-mata karena menenteng ijazah dari fakultas keguruan atau mendapat sertifikasi profesional. Guru keren di mata dan hati siswa juga beken dan dijadikan favorit karena metode mengajar asyik dan menarik. Mau tahu 20 metode mengajar yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW ?

































Salah satu faktor penting kejayaan pendidikan Rasulullah SAW adalah karena beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Tentu, guru yang baik seharusnya menjadi teladan dan model bagi siswanya. Ucapan dan tindakan guru harus sejalan dan sejujurnya. Ingat ungkapan ini 'jangan ada dusta diantara guru dan siswa'.

Nio Gwan Chung (Dr. M. Syafii Antonio, M.Ec) dalam bukunya Muhammad SAW The Super Leader Super Manager menuliskan 20 metode dan teknik pengajaran sebagai 'holistic learning methods', yaitu :

1. Learning conditioning (meminta diam untuk mengingatkan, menyeru secara langsung dan perintah untuk menyimak dan diam dengan cara tidak langsung);

2. Active interaction (interaksi pendengaran : teknik berbicara, tidak bertele-tele pada ucapan dan tidak terlalu bernada puitis, memperhatikan intonasi, diam sebentar ditengah-tengah penjelasan; interaksi pandangan : eye contact dalam mengajar, memanfaatkan ekspresi wajah, tersenyum);

3. Applied-learning (metode praktikum yang diterapkan oleh guru dan yang dilakukan oleh siswa);

4. Scanning and levelling (memahami siswa secara individu sesuai tingkat kecerdasannya);

5. Discussion and feed-back (metode yang logis dalam memberikan jawaban dan membuat contoh sederhana yang mudah dipahami);

6. Story telling (bercerita);

7. Analogy and case study (memberikan perumpamaan dan studi kasus nyata di sekitar kehidupan);

8. Teaching and Motivating (meningkatkan gairah belajar dan rasa keingintahuan yang tinggi);

9. Body language (membuat penyampaiannya bertambah terang, lebih pasti dan jelas; menarik perhatian pendengar dan membuat makna yang dimaksud melekat pada pikiran; mempersingkat waktu);

10. Picture and graph technology (penjelasan diperkuat dengan gambar atau tulisan);

11. Reasoning and argumentation (mengungkapkan alasan akan memperjelas sesuatu yang sulit dan berat agar dipahami oleh siswa);

12. Self reflection (memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab sendiri suatu pertanyaan agar siswa dapat mengoptimalkan kerja otak dan mengasah pikiran);

13. Affirmation and repetition (pengulangan kalimat dan ucapan nama);

14. Focus and point basis ( menggunakan teknik berdasarkan rumusan-rumusan besar atau poin akan membantu siswa dalam menyerap ilmu dan menjaganya dari lupa);

15. Question and answer metodh (teknik bertanya untuk menarik perhatian pendengar dan membuat pendengar siap terhadap apa yang akan disampaikan kepadanya);

16. Guessing with question (penting untuk memperkuat pemahaman dan memperbesar keingintahuan);

17. Encouraging student to ask (guru memberikan kesempatan dan motivasi kepada siswa untuk berani mengajukan pertanyaan : bertanya dapat menghapus kebodohan serta memperbaiki pemahaman dan pemikiran dan menjadi alat evaluasi guru atas cara penyampaian pelajarannya);

18. Wisdom in answering question (menyikapi orang-orang yang mengajukan pertanyaan sesuai dengan tingkat pengetahuannya; menyikapi si penyanya dengan sikap yang bermanfaat baginya);

19. Commenting on student question (memberikan komentar terhadap jawaban siswa);

20. Honesty (seorang guru harus menanamkan sikap mulia berani mengakui ketidaktahuan ke dalam diri siswanya. ucapan 'aku tidak tahu adalah bagian dari ilmu')