Tuesday, 15 November 2016
Monday, 29 August 2016
Friday, 22 April 2016
Juknis Tunjangan Profesi Guru Kemenag 2016
Berdasarkan Keputusan Dirjen Pendis Nomor 1952 tanggal 7April 2016 tentang Petunjuk Teknis Penyalurun Tunjangan Profesi Guru Bagi Guru Madrasah Tahun 2016.
Guru Madrasah yang berhak mendapatkan tunjangan profesi guru ditetapkan melalui keputusan Kuasa Penggunan Anggaran (KPA) pada satuan kerja Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan Madrasah Negeri.
Adapun untuk besaran tunjangan profesi (Tunjangan Sertifikasi) bagi guru madrasah adalah:
1. Untuk guru PNS diberikan tunjangan sebesar gaji pokok per bulan;
2. Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil (GBPNS) yang sudah disetarakan (Inpassing) adalah 1 (satu) kali gaji pokok per bulan disesuaikan dengan memperhatikan pangkat, golongan, jabatan dan kualifikasi akademik, yang berlaku bagi guru PNS sebagaimana tercantum dalam SK inpassing, tidak memperhitungkan ketentuan masa kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
3. Bagi GBPNS yang belum disetarakan dengan kualifikasi akademik, pangkat, golongan, dan jabatan yang berlaku bagi guru PNS diberikan tunjangan profesi sebesar Rp 1.500.000, per bulan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
KRITERIA GURU MADRASAH PENERIMA TUNJANGAN PROFESI
Guru madrasah harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Guru yang mengajar di satuan binaan Kementerian Agama;
- Pengawas sekolah pada madrasah yang melaksanakan tugas keperngawasan di satuan pendidikan pada bunaan Kemenag;
- Memiliki sertifikasi pendidik yang telah diberi satu Nomor Registrasi Guru (NRG) yang diterbitkan oleh Kemendikbud dan sudah ditetapkan melalui keputusan Dirjen Pendis Kemenag.
- Memiliki SKBK dan SKMT yang diterbitkan oleh instansi Kemenag dan ditandatangani oleh pejabat terkait sesuai dengan kewenangannya
Demikian berita terbaru, mengenai Juknis Tunpro Guru Madrasah 2016 yang dapat kami sampaikan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sumber : Direktorat Penmad
Sumber : Direktorat Penmad
Cara Melihat Calon Peserta Sertifikasi Guru 2016
Cara Melihat Calon Peserta Sertifikasi Guru 2016
Cara mengecek atau melihat calon peserta sertifikasi guru tahun 2016. |
Baca juga: Kriteria Penetapan Peserta Sertifikasi Guru 2016
Saat ini dalam tahap verifikasi calon peserta sertifikasi guru dapat dilihat melalui situs resmi www.sergur.kemdiknas.go.id. Semua guru yang memenuhi persyaratan mempunyai kesempatan untuk mengikuti PLPG tahun 2016. Rencananya pendaftaran calon peserta PLPG akan diperpanjang hingga Mei 2016.
Cara mengecek calon peserta sertifikasi guru tahun 2016
1. Kunjungi http://sergur.kemdiknas.go.id/pub/index.php
2. Klik menu Daftar Calon Peserta
3. Isikan NUPTK yang ingin dicari dalam daftar calon peserta
4. Akan tampil data daftar calon peserta sertifikasi guru tahun 2015
Data calon peserta sertifikasi guru yang bisa dilihat adalah data guru, kategori peserta, pendidikan terakhir, dan instansi/sekolah. Bisa pula dilihat pola sertifikasi apakah PLPG atau SG-PPG, bidang studi sertifikasi, dan skor Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015. Skor minimal UKG yang ditetapkan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG) tahun 2016 adalah minimal 55.
PLPG dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam jabatan yang telah ditetapkan Pemerintah dan didukung oleh Perguruan Tinggi yang memiliki program studi relevan dengan bidang studi/mata pelajaran guru peserta PLPG. Sertifikasi guru pola PLPG diselenggarakan selama 10 hari dengan bobot 90 Jam Pembelajaran.
Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2016/04/cara-melihat-calon-peserta-sertifikasi-guru-tahun-2016.html#ixzz46bkSOxWQ
Teknik Pemberian Pekerjaan Rumah ke Siswa
Teknik Pemberian Pekerjaan Rumah ke Siswa
Inilah beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam memberikan PR. |
Baca juga: Jangan Beri Anak Banyak PR, Ini Dampak Buruknya
Kadangkala dan mejadi beban juga ke wali murid, sehingga siswa banyak tidak membuat PR di rumah tapi membuat PR di sekolah, karena ketidakpahaman siswa terhadap soal yang diberikan. Seorang guru harus mengenal teknik dalam memberikan tugas terhadap siswa.
Beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam memberikan PR, yaitu sebagai berikut:
1. Soal yang diberikan tidak sebagai beban
Soal yang diberikan bukan sebagai beban tetapi sebagai tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran, soal yang diberikan menimbulkan semangat siswa dalam mengerjakannya tanpa memberikan alasan.
2. Lihat tingkat kesulitan soal
Kesulitan soal harus diperhatikan guru, jangan sampai guru memberikan soal terlalu banyak sehingga membuat siswa tidak mampu mengerjakannya, dan mengakibatkan siswa malas.
3. PR diberikan untuk pengulangan di rumah
PR yang diberikan supaya siswa mampu mengulangi pembelajaran apa yang telah disampaikan oleh guru di sekolah. sehingga siswa mampu mengulangi kembali melalui PR yang diberikan.
4. Lihat kemampuan siswa mengerjakan soal.
Siswa merupakan suatu objek yang harus selalu guru perhatikan, guru tidak boleh memberikan beban semau guru, soal yang diberikan harus berdasar dari tingkat kemampuan siswa. Guru sering memberikan soal berstandarkan siswa yang pintar, tidak pernah memperhatikan anak yang kurang.
5. Hindari menyalahkan siswa jika salah mengerjakan.
Hindari menyalahkan hasil PR siswa, karena seringnya guru menyalahkan hasil kerja siswa, membuat siswa ketakutan dalam mengerjakan PR, sehingga PR lebih banyak dibuat oleh Guru Les daripada siswa. Sedangkan konsep dari pemberian PR adalah supaya siswa dapat mendalami hasil pembelajaran yang ada di sekolah.
6. Berikan waktu sesuai dengan kesulitan soal.
Janganlah guru memberikan waktu PR terlalu cepat, inilah yang membuat siswa menggunakan jalan pintas yaitu mengerjakan di sekolah dengan menyontek teman.
Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2016/04/teknik-pemberian-pekerjaan-rumah-ke-siswa.html#ixzz46bkAgDfM
Pentingnya Guru Melakukan Apersepsi Saat Mengajar
Pentingnya Guru Melakukan Apersepsi Saat Mengajar
Apersepsi penting dilakukan guru agar proses belajar berjalan maksimal karena siswa belajar dalam kondisi terbaik |
Bermacam-macam emosi siswa di awal belajar tentu akan mempengaruhi konsentrasi mereka saat belajar. Oleh karena itu, guru harus pandai-pandai mengondisikan suasana kelas agar siswa siap untuk belajar. Apabila di awal kegiatan belajar guru tidak mengondisikan siswa terlebih dahulu, maka konsentrasi siswa tidak terbangun sehingga siswa tidak bisa menerima informasi yang disampaikan guru. Tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya nanti. Agar kejadian tersebut tidak terjadi, maka guru harus melakukan apersepsi di awal pelajaran.
Munif Chatib (Gurunya Manusia, 2011:77) menyatakan bahwa menit-menit pertama dalam proses belajar adalah waktu yang terpenting untuk satu jam pembelajaran selanjutnya. Pada menit-menit pertama itulah apersepsi bisa dilaksanakan. Apersepsi yang dilakukan di awal proses belajar membuat otak anak siap untuk belajar. Apersepsi yang tepat membuat siswa merasa relaks dan senang yang ditandai dengan wajah yang ceria, tersenyum, bahkan tertawa. Munif Chatib menyebut kondisi tersebut sebagai Zona Alfa.
Kondisi alfa adalah tahap paling cemerlang proses kreatif otak seseorang. Kondisi ini dikatakan sebagai kondisi paling baik untuk belajar. Sebab, neuron (sel saraf) sedang berada dalam suatu keseimbangan, yaitu, ketika sel-sel saraf seseorang melakukan tembakan impuls listrik secara bersamaan dan juga istirahat secara bersamaan sehingga timbul keseimbangan yang mengakibatkan kondisi relaksasi seseorang (Munif,2011:90).
Adapun kegiatan yang bisa dilakukan guru saat apersepsi sangat beragam. Berikut ini apersepsi yang bisa dilakukan:
1. Tepuk tangan
Contoh : Tepuk energi
Guru : "Tepuk energi."
Siswa: " Wuuss..." ( tangan digerakkan seperti orang mengeluarkan tenaga dalam )
2. Teka-teki
Contoh :
Guru : " Mengapa anak katak suka melompat-lompat?"
Siswa:" Namanya juga anak-anak>"
3. Gerak badan
Contoh : Guru :" kalau Bu Guru mengucapkan 1, lompat ke kanan, kalau mengucapkan 2, lompat ke kiri.
4. Bernyanyi
Contoh : Guru mengajak siswa bernyanyi lagu yang sedang populer tetapi liriknya diganti dengan lirik yang memotivasi siswa belajar.
5. Permainan
Contoh : Guru :" Letakkan jari telunjuk kalian pada telapat tangan temannya. Saat Bu guru mengucapkan kata apel, tangkap jari telunjuk temannya."
Untuk variasi dan mengaktifkan siswa, guru bisa menyuruh siswa untuk bergantian memberi teka-teki atau menceritakan cerita lucu.
Kegiatan yang dilakukan saat apersepsi bisa divariasi. Kita bisa menyuruh siswa secara bergantian untuk memberi teka-teki atau menceritakan pengalaman lucu mereka. Semua ini bergantung pada kreativitas guru. Jika siswa sudah menyunggingkan senyum dan mata berbinar, saat itulah siswa sudah dalam kondisi alfa. Kondisi terbaik untuk menerima informasi.
Saat kondisi siswa sudah siap menerima informasi, guru bisa melakukan apersepsi berikutnya, yakni membangun pengetahuan atau mengingatkan siswa pada pelajaran sebelumnya.
Berdasarkan paparan di atas, apersepsi penting dilakukan guru agar proses belajar berjalan maksimal karena siswa belajar dalam kondisi terbaik, tanpa ada paksaan dan tekanan.
*) Ditulis oleh Tutwuri Yuliarti, M.Pd. Guru Kelas di SD Nasional KPS Balikpapan
Juknis Tunjangan Profesi Guru 2016
Juknis Tunjangan Profesi Guru 2016
Monday, 28 March 2016
Mengenal Gaya Belajar Anak
Mengenal Gaya Belajar Anak
Gaya
Belajar merupakan kecenderungan sikap yang dimiliki seseorang ketika ia
menyerap, memproses, dan mengolah informasi dari berbagai sumber yang
ia peroleh agar informasi tersebut bermakna bagi dirinya. Gaya belajar
yang kita kenal pada umumnya ada tiga, yaitu Visual (mengandalkan indera
penglihatan), Auditori (mengandalkan indera pendengaran), dan Kinestetik
(gerakan tubuh). Setiap anak itu unik, dan memiliki karakter yang khas
pembeda antara anak yang satu dengan anak lainnya. Setiap anak biasanya
memiliki satu kecenderungan untuk memiliki gaya belajar tertentu.
Sebaiknya sedari kecil kenalilah gaya belajar yang anak anda miliki, agar
anda bisa memilih pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar anak anda
itu. Berikut ini ada beberapa ciri dari ketiga gaya belajar tersebut:
1. Visual
Anak dengan gaya belajar visul dalam belajarnya itu menitikberatkan
pada ketajaman indera penglihatan. Karakteristik dari anak dengan gaya
belajar visual itu sendiri, yaitu:
a. Harus
melihat sesuatu (informasi, pelajaran, peristiwa) secara langsung, atau
minimal melalui perantara seperti gambar, dan video.
b. Memiliki
kepekaan yang kuat terhadap warna.
c. Biasanya
memiliki kesulitan dalam berdialog.
d. Kurang bisa
menyerap suatu materi yang diberikan secara lisan.
e. Cara
menghafalnya dengan memvisualisasikan apa yang mereka lihat, jadi tanpa
melihat mereka tidak dapat menghafal dengan baik.
f. Ketika belajar biasanya akan duduk di depan agar bisa
melihat apa yang ditampilkan dengan jelas.
g. Ketika sebuah benda dipertunjukan saat belajar, maka
konsentrasi mereka pada pembelajaran tersebut akan fokus.
2.
Auditori
Anak dengan gaya belajar auditori saat pembelajaran
menitikberatkan pada indera pendengaran. Berikut ini karakteristik anak
dengan gaya belajar Auditori:
a. Menyerap informasi dari pembelajaran dengan menggunakan
pendengaran.
b. Biasanya kurang suka membaca dan cukup sulit untuk
memahami informasi dari buku secara langsung.
c. Agak lambat dalam hal menulis dan membaca.
d. Terampil untuk berbicara.
e. Karena sering mendengarakan maka ia memiliki tata bahasa
yang baik.
f. Seperti tidak memperhatikan saat guru menjelaskan, padahal
ia sedang mendengarkan.
3.
Kinestetik
Anak dengan gaya belajar kinestetik biasanya memiliki kecenderungan
untuk bergerak saat pembelajaran (tidak hanya duduk diam). Selain itu ada
juga ciri lainnya, yaitu:
a. Memerlukan suatu benda untuk ia pegang/ mainkan saat
pembelajaran.
b. Tidak bisa duduk diam dan hanya mendengarkan ketika guru
menjelaskan untuk waktu yang lama.
c. Memiliki kepandain dalam bidang yang berhubungan dengan
gerak, seperti olahraga ataupun tari.
d. Ketika ia tidak memegang sesuatu, biasanya salah satu
anggota tubuhnyalah yang akan bergerak, entah itu tangan, kaki, atau
kepala.
Itulah diantaranya beberapa karakteristik dari gaya belajar
visual, auditori, dan kinestetik. Segeralah kenali gaya belajar yang anak
anda miliki dan arahkan dia untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya.
20 METODE MENGAJAR AGAR JADI GURU "KEREN DAN BEKEN MENURUT DR MUH,SYAFII ANTONIO
Assalamualaikum...wr..wb Salam sejahtera untuk kita semuanya semoga Tetap dalam keadaan sehat dan baik. berbicara tentang Pendidikan Banyak methode yang harus di perhatikan.
Sukses menjadi guru tak semata-mata karena menenteng ijazah dari fakultas keguruan atau mendapat sertifikasi profesional. Guru keren di mata dan hati siswa juga beken dan dijadikan favorit karena metode mengajar asyik dan menarik. Mau tahu 20 metode mengajar yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW ? Salah satu faktor penting kejayaan pendidikan Rasulullah SAW adalah karena beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Tentu, guru yang baik seharusnya menjadi teladan dan model bagi siswanya.
Ucapan dan tindakan guru harus sejalan dan sejujurnya. Ingat ungkapan ini 'jangan ada dusta diantara guru dan siswa'. Nio Gwan Chung (Dr. M. Syafii Antonio, M.Ec) dalam bukunya Muhammad SAW The Super Leader Super Manager menuliskan 20 metode dan teknik pengajaran sebagai 'holistic learning methods', yaitu :
1. Learning conditioning (meminta diam untuk mengingatkan, menyeru secara langsung dan perintah untuk menyimak dan diam dengan cara tidak langsung);
2. Active interaction (interaksi pendengaran : teknik berbicara, tidak bertele-tele pada ucapan dan tidak terlalu bernada puitis, memperhatikan intonasi, diam sebentar ditengah-tengah penjelasan; interaksi pandangan : eye contact dalam mengajar, memanfaatkan ekspresi wajah, tersenyum); 3.
Applied-learning (metode praktikum yang diterapkan oleh guru dan yang dilakukan oleh siswa); 4.
Scanning and levelling (memahami siswa secara individu sesuai tingkat kecerdasannya); 5.
Discussion and feed-back (metode yang logis dalam memberikan jawaban dan membuat contoh sederhana yang mudah dipahami);
6. Story telling (bercerita);
7. Analogy and case study (memberikan perumpamaan dan studi kasus nyata di sekitar kehidupan);
8. Teaching and Motivating (meningkatkan gairah belajar dan rasa keingintahuan yang tinggi); 9.
Body language (membuat penyampaiannya bertambah terang, lebih pasti dan jelas; menarik perhatian pendengar dan membuat makna yang dimaksud melekat pada pikiran; mempersingkat waktu); 10.
Picture and graph technology (penjelasan diperkuat dengan gambar atau tulisan);
11. Reasoning and argumentation (mengungkapkan alasan akan memperjelas sesuatu yang sulit dan berat agar dipahami oleh siswa);
12. Self reflection (memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab sendiri suatu pertanyaan agar siswa dapat mengoptimalkan kerja otak dan mengasah pikiran);
13. Affirmation and repetition (pengulangan kalimat dan ucapan nama);
14. Focus and point basis ( menggunakan teknik berdasarkan rumusan-rumusan besar atau poin akan membantu siswa dalam menyerap ilmu dan menjaganya dari lupa);
15. Question and answer metodh (teknik bertanya untuk menarik perhatian pendengar dan membuat pendengar siap terhadap apa yang akan disampaikan kepadanya);
16. Guessing with question (penting untuk memperkuat pemahaman dan memperbesar keingintahuan);
17. Encouraging student to ask (guru memberikan kesempatan dan motivasi kepada siswa untuk berani mengajukan pertanyaan : bertanya dapat menghapus kebodohan serta memperbaiki pemahaman dan pemikiran dan menjadi alat evaluasi guru atas cara penyampaian pelajarannya);
18. Wisdom in answering question (menyikapi orang-orang yang mengajukan pertanyaan sesuai dengan tingkat pengetahuannya; menyikapi si penyanya dengan sikap yang bermanfaat baginya);
19. Commenting on student question (memberikan komentar terhadap jawaban siswa);
20. Honesty (seorang guru harus menanamkan sikap mulia berani mengakui ketidaktahuan ke dalam diri siswanya. ucapan 'aku tidak tahu adalah bagian dari ilmu')
SUMBER(http://www.kompasiana.com)
Demikian berita dan informasinya semoga bermanfaat,amiiin.
Wednesday, 9 March 2016
10 TEKNIK MENGELOLA KELAS MENURUT CAROLINE LINSE
Assalamualaikum wr wb,,,,,,,,,,,,,, Selamat siang rekan-rekan guru semua yang ada diseluruh Indonesia, siang ini pelangipost.com akan membagikan informasi mengenai,
Saat menghadapi murid yang usianya masih kecil (misal, SD) pasti kita banyak menghadapi kendala. Mulai dari siswa yang ribut, susah diatur, suka lari-lari di kelas, dan lain-lain.
Hal ini berbeda sekali dengan menghadapi siswa di SMP atau SMA. Mereka biasanya sudah mengerti untuk tetap tertib dan memperhatikan guru. Young learner (kelas rendah) biasanya masih mempunyai fokus perhatian yang cenderung rendah. Mereka tidak bisa lama-lama fokus terhadap suatu hal, karena perhatiannya akan mudah “buyar”. Maka sebagai guru sebaiknya kita mempunyai teknik tersendiri untuk mengontrol kelas. Caroline Linse mengemukakan ada 10 teknik yang bisa kita jadikan referensi.
Saat menghadapi murid yang usianya masih kecil (misal, SD) pasti kita banyak menghadapi kendala. Mulai dari siswa yang ribut, susah diatur, suka lari-lari di kelas, dan lain-lain.
Hal ini berbeda sekali dengan menghadapi siswa di SMP atau SMA. Mereka biasanya sudah mengerti untuk tetap tertib dan memperhatikan guru. Young learner (kelas rendah) biasanya masih mempunyai fokus perhatian yang cenderung rendah. Mereka tidak bisa lama-lama fokus terhadap suatu hal, karena perhatiannya akan mudah “buyar”. Maka sebagai guru sebaiknya kita mempunyai teknik tersendiri untuk mengontrol kelas. Caroline Linse mengemukakan ada 10 teknik yang bisa kita jadikan referensi.
1. Have a range of activities up your sleve
Maksudnya, sebagai guru kita harus bisa menyiapkan rencana cadangan. Misalnya aktivitas A yang sudah direncanakan ternyata tidak memungkinkanuntuk dijalankan, nah kita harus punya plan B atau plan C. Sehingga kita tetap dapat mengontrol kelas dengan baik.
2. Catch children being good
Guru terlalu sering fokus dengan perilaku buruk buruk dari muridnya, misal saat anak berbuat nakal, pasti guru akan cenderung menyalahkannya. Kadang, guru juga harus bisa memberikan pujian pada anak yang melakukan hal positif. Misalnya, kalau anak berbuat baik, sebaiknya kita memujinya. Terutama saat anak-anak trouble maker dapat berperilaku baik, kita harus langsung memujinya agar perilakunya tetap menjadi baik. Ingat loh, anak suka kalau dipuji! Tapi yang harus diperhatikan juga jangan terlalu sering memuji, apalagi memuji pada satu orang anak saja. Hal ini akan memberikan cap “anak emas” dan kita pasti dinilai pilih kasih.
3. Use affirmative commands
Sering denger kan teori jangan bilang jangan pada anak? Nah ini sama aja kayak gitu. Pemakaian kata positif pada anak memang lebih efektif daripada kata negatif. Misal, guru yang berkata “don’t talk so loudly!”, pasti anak-anak hanya mematuhi untuk beberapa menit. Lain halnya jika guru berkata “please use indoor voice”.konotasi positif akan cenderng dipatuhi oleh anak dibanding konotasi negatif yang justru membuat mereka merasa kurang nyaman.
4. Break down instructions into steps
Dalam memberikan intruksi pada anak, sebaiknya harus jelas dan tidak berbelat-belit. Sebagai guru kita bisa membuat beberapa langakah singkat yang bisa dimengerti anak. Instruksi yang panjang akan membuat mereka kebingungan. Sebaikanya beri instruksi langkah demi langkah dengan kalimat yang to the point. Misalnya sesudah memberik langkah pertama, kita bisa menunggu terlebih dahulu mereka mengerjakannya, jika semua sudah selesai maka dilanjutkan ke langkah berikutnya. Hal ini akan membuat mereka mengerti apa yang harus mereka lakukan dan mengerjakannya dengan baik.
5. Determine clasroom rules with students
Dalam suatu kelas sebaiknya terdapat peraturan yang jelas. Ini juga dapat membantu guru untuk mengontrol kelas karena sudah terpasang peraturan yang sebelumnya sudah disetuji oleh semua siswa. Misalnya peraturan bagi yang ribut atau gaduh akan diberi tanda L . Peraturan yang ada bisa ditempel di dinding kelas agar anak tetap ingat. Selain itu, peraturan yang dibuat juga sebaiknya dalam kalimat positif, misalnya “tertib saat pelajaran” atau “be kind to others”, dll.
6. Take the class temperature often
Sebagai seorang guru kita harus bisa membaca situasi siswa. Sebisa mungkin kita harus bisa “mengukur” keadaan kelas. Jika dilihat anak-anak sudah bosan pada suatu kegiatan, kita bisa memberikan kegiatan yang lain. Hal ini berkaitan dengan poin no.1.
7. Speak in a soft voice
Ketika suasa kelas mulai ramai, sebaiknya kita tidak berteriak agar mereka diam. Hal ini hanya akan membuat mereka diam beberapa saat lalu kembali ribut. Mereka pun akan berpikir, “kalau bu guru berteriak, berarti saya juga boleh berteriak”. Berbicara dengan volume suara yang sedang atau cenderung rendah akan membuat mereka diam dan penasaran dengan apa yang sedang kita bicarakan, sehingga mereka akan mencoba mendengarkan kita dan berhenti ribut.
8. Develop signals to quiet the class
Terkadang kita perlu menggunakan alat bantu untuk mengambil perhatian mereka. Misalnya, lihat di TK, para guru disana sering menggunakan tamborin agar murid mereka fokus. Kita juga bisa menggunakan alat lain yang mengeluarkan bunyi sebagai sinyal untuk mereka fokus. Jika kelas sudah mulai ramai dan ribut, kita bisa mengetuk-ngetuk papan tulis untuk mendapatkan perhatian mereka lagi. Pada anak ABK tunarungu, bisa digunakan isyarat lampu untuk memfokuskan perhatian. Hal ini dilakukan dengan cara menyala-matikan lampu kelas sehingga mereka terfokus pada gurunya.
9. On occasion, be a social engineer
Poin ini adalah salah satu poin yang menarik. Terkadang sebagai seorang guru kita harus bisa menjadi insinyur sosial. Kadang ada anak pendiam dan introvert yang jika berkelompok, tidak ada yang mau sekelompok dengan dia. Sebagai guru, kita harus bisa membuat dia diterima di kelompok. Caranya dengan mempromosikan kelebihannya. Misalnya, “ibu ingin kalian berkelompok dengan Mira karena dia tahu banyak cerita tentang si kancil”. Kalimat promosi tersebut bisa membuat anak lain menjadi membuka pemikirannya dan mulai tertarik untuk berkelompok dengan Mira.
10. Make sure that the punishment fits the crime
Pasti ada saatnya ketika peraturan yang dibuat akan dilanggar oleh siswa. Boleh saja kita menghukum mereka, tetapi dengan hukuman yang cocok dan sesuai dengan kesalahan yang mereka buat. Misalnya saat ada dua orang anak yang berkelahi, hukuman yang bisa kita berikan yaitu dengan memanggil keduanya, lalu menyuruh mereka menuliskan 5 hal baik tentang temannya. Si A harus menulis 5 hal baik tentang si B, dan begitu juga sebaliknya. Hukuman ini akan membuat anak (walaupun dalam keadaan yang saling membenci) berpikir tentang kebaikan yang pernah temannya lakukan.
(Sumber : http://ayundhanabilah.blogspot.co.id/ )
KEBIASAAN KESALAHAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA
Assalamualaikum wr wb,,,,,,,,,,,,,,, Selamat malam rekan-rekan guru semua yang berada diseluruh Indonesia, malam ini pelangipost,com akan membagikan informasi mengenai, ,,,,,,
Guru merupakan propesi yang sangat mulia, karena ada dua tugas berat yang mereka emban dan itu tidaklah mudah yaitu mengajar dan mendidik. Banyak guru yang sukses dalam mengajar namun gagal total dalam mendidik, dikarenakan berdasarkan fakta demikian Mendidik jauh lebih sulit dari pada mengajar.
Kesalahan dari orang tua adalah menyerahkan pendidikan terhadap anak sepenuhnya kepada guru di sekolah tanpa berfikir untuk mendidik anak di rumah. ini merupakan kesalahan besar. karena guru di sekolah itu tidak hanya mengayomi 1-10 anak, ada banyak anak yang harus diurus. waktu yang tidak cukup pada jam sekolah ditambah lagi guru ada kegiatan lain baik dari pemerintahan atau program sekolah.
Kesalahan Guru dalam Mendidik ini kerap kali terjadi di instansi pendidikan sekolah-sekolah umumnya pada sekolah tingkat pendidikan SMP dan SMA. menurut para pakar pendidikan baik di eropa dan Asia dalam setiap situs resminya mereka menyatakan bahwa pendidikan merosot bukan karena guru yang tidak mampu dalam mendidik, namun kesalahan dalam penerapan pendidikan itu yang sering tidak valid. karena masih banyak guru yang belum mengerti sistematis pendidikan, singkatnya penerapan pendidikan itu tidak sama pada setiap anak.
Beberapa Kesalahan Guru dalam Mendidik Anak
Dalam hal ini pelangipost.com merangkum beberapa Kesalahan Guru dalam Mendidik yang kerap terjadi di sekolah.
Monoton dalam penerapan
Dimanapun sekolahnya, pasti ada guru yang demikian, sangat monoton dalam mendidik. selalu membandingkan diri pribadi dengan siswanya atau membandingkan setiap zaman. biasanya kebiasaan ini dimulai dengan pengucapan kata:
"Dulu bapak rajin belajar pergi ke sekolah meskipun bapak jalan kaki sejauh 10 km"
Pada anak sekolah zaman sekarang, Perkataan-perrkataan demikian atau seperti kata diatas, hanya membantu 10% dan bahkan sang guru dicemoohkan siswanya. jelas berbeda sikon pelajar dulu dan sekarang. terkadang guru berharap perkataan ini bisa menjadi motivasi, tanpa pernah berfiki ada anak yang kecewa, kesal, tidak suka dan lain-lain.
Keras dan memaksa
Pembelajaran dan pendidikan sangat tidak cocok denga menerapkan sistem paksaan, sangat ironis jika guru terlalu memaksa siswanya untuk mampu dan harus bisa. selain itu mendidik dengan sistem kekerasan juga tidak akan memberikan dampak atau efek positif bagi pelajar. kekerasan dalam perkataan dan tindakan tidak akan pernah melahirkan nilai yang positif.
Ortodok dan kaku
Sikap kaku dari seorang guru banyak ditemukan pada kalangan guru di negara kita ini, menyamakan penerapan pembelajaran dan pendidikan pada semua elemen siswa. singkatnya bahwa mendidik siswi tidak bisa disamakan dengan siswa, jika itu tetap dilakukan outputnya lahirlah generasi pemuda yang lemah karakter banci dan pengecut dan lain-lain.
Sistem Kaku dalam mendidik, guru hanya memiliki satu teori yang selalu diunggulkan seperti kerap menasehati, ceramah terus tanpa henti. pada zaman sekarang teori ceramah dalam mendidik hampir tidak bisa digunakan terus menerus karena karakter anak lebih banyak melihat bukan mendengar. jika seorang guru hanya mampu ceramah dan berkoar-koar atau menasehati tanpa ada pengaplikasian pada diri, rentan pendidikan tersebut outputnya gagal total.
Sembrono ucapan dan tingkah laku
Pada zaman sekrang hanya sedikit guru yang memiliki wibawa dihadapan peserta didiknya, apalagi semenjak diterapkannya sistem pendidikan karakter dari barat yang berkembang pesat di indonesia, guru harus menjadi patner, menjadi teman dan lain-lain, sehingga haibah guru ambruk. guru yang tidak dihargai muridnya berdasarkan kapasitas guru tersebut.
Perktaan dan tingkah laku guru akan selalu diperhatikan siswa, bahkan sampai pakaian yang dikenakan gurunya pun mereka perhatikan. jika seorang guru berkata tidak sepantasnya atau bertingkah laku tidak wajar atau cara berpakaian yang tidak mencerminkan yang baik, maka itu akan menjadi nilai negatif.
Jika sudah demikian apapun yang diajarkan sang guru, akan tertutupi dengan sikapnya yang kurang baik
Inilah contoh Kesalahan Guru dalam Mendidik, terkadang guru menganggap langkah dan teorinya itu baik tanpa memperhatikan jenis atau elemen siswa yang ia hadapi, maka hasilnya mengacu pada ranah negatif.
(Sumber : http://www.zonapendidikan.com/ )
Subscribe to:
Posts (Atom)