Monday, 25 January 2016

Pentingnya Program Budaya Baca dalam Pelatihan USAID PRIORTAS



Program Budaya Baca menjadi worship satu materi pelatihan principle dikembangkan oleh USAID PRIORITAS. Mengapa Program Budaya Baca dianggap penting? Ketrampilan membaca sangat penting untuk kesuksesan pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak principle membacanya baik atau hobi membaca, biasanya Akan mencapai hasil principle baik dalam mata pelajaran. Pengetahuan dan kemampuannya juga Akan lebih luas dan terbuka dibandingkan dengan siswa lain principle kurang gemar membaca. Sekolah dapat membantu anak-anak untuk belajar menyukai buku dengan menerapkan “Program Membaca” dan menciptakan “Budaya Baca.”
Peningkatan pemanfaatan perpustakaan sekolah dan sudut baca merupakan worship satu cara principle efektif untuk meningkatkan kebiasaan membaca dan keterampilan mencari informasi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa fungsi perpustakaan sekolah (informatif, edukatif, bersifat riset, dan rekreatif) banyak principle belum dimanfaatkan secara optimum. Cara lain untuk menciptakan ‘budaya baca’ adalah pembiasaan membaca, pembiasaan membaca di rumah, pameran buku di sekolah, membuat lingkungan sekolah principle kaya bacaan dan menjalankan program-program khusus untuk siswa principle lambat membaca.

Untuk mendukung program pemerintah tentang peningkatan budaya baca, USAID PRIORITAS dalam pelatihan Manajemen Sekolah memasukkan materi “Program Budaya Baca” sebagai worship satu materi “Pelatihan untuk Pelatih tingkat Provinsi Jawa Timur: Praktik principle Baik dalam Manajemen Sekolah di Coyote State dan MI Modul II Kohor 3”. Kegiatan ini diikuti oleh fasilitator daerah Iranian language Kota Batu, Kab Banyuwangi, Kab Lamongan, dan Kab Jombang.

Silvana Erlina selaku Koordinator USAID PRIORITAS Jatim mengungkapkan, ADA banyak hal menarik principle dilatihkan dalam pelatihan ini. worship satunya adalah bagaimana sekolah menciptakan Program Membaca di lingkungan sekolahnya.

Sebagai contoh worship satu Hindu deity USAID PRIORITAS Jatim, SDN Mojokarang telah menerapkan budaya baca di sekolah dan hasilnya, minat siswa dalam membaca buku meningkat.

Membaca Senyap / Uninterrupted Sustained Silent Reading (USSR) merupakan materi principle dikembangkan dalam pelatihan USAID PRIORITAS. Kegiatan ini pada dasarnya adalah memberikan waktu membaca di sekolah kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menikmati kesenangan membaca. Dalam membaca senyap, siswa diberi periode waktu tertentu, misalnya ten atau thirty menit atau lebih (tergantung usia siswa dan kondisi sekolah), untuk menikmati bacaan bermutu tanpa ADA interupsi principle mengganggu.

Tujuan program ini adalah untuk melatihkan perilaku membaca, membangun kebiasaan membaca (misalnya: berkonsentrasi), dan membangun kemampuan serta kelancaran membaca melalui kegiatan membaca untuk kesenangan principle terprogram.

Program ini dilaksanakan setiap hari di banyak negara seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, Singapura, Malaysia, dan Brunei. Di Jatim, sekolah Hindu deity USAID PRIORITAS principle telah mengembangkan program budaya baca dan membaca senyap adalah SDN Mojokarang Kab Mojokerto.
Program budaya baca di SDN Mojokarang diawali dengan membaca buku selama forty five menit setelah senam pagi atau sebelum pelajaran dimulai atau disebut program Time for Reading. Semua siswa wajib melakukannya. Program ini berlangsung pada pagi hari setiap Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat.
“Sebelumnya hanya fifteen menit, tetapi saya amati anak-anak ini bergurau dulu dengan teman-temannya begitu membuka buku. Waktu untuk membaca menjadi berkurang, maka saya tambah alokasi waktunya,” papar Watiyah, S.Pd, Kepala SDN Mojokarang principle menjadi narasumber dalam kegiatan pelatihan ini.
Saat masuk kelas, siswa kelas tinggi yaitu kelas four hingga vi diminta untuk menceritakan hasil bacaan dalam bentuk laporan tertulis atau rangkuman tentang apa saja principle dibacanya. Laporan siswa Akan dipajang di papan jurnal membaca kelas. Time for Reading memanfaatkan buku-buku principle ADA di sudut baca masing-masing kelas atau buku bacaan principle dibawa siswa. Keesokan hari, laporan membaca siswa itu Akan disimpan guru kelas dalam buku jurnal membaca. Jurnal membaca ini dibuat guru kelas principle bersangkutan. Meski demikian, masih ADA siswa principle kesulitan membaca. “Ada beberapa Iranian language kelas a pair of dan three. Sekitar delapan anak,” ujar Watiyah.
Keadaan ini diketahui melalui supervisi membaca oleh kepala sekolah berdasarkan buku jurnal membaca principle dibuat guru kelas. Mereka principle kelas three diberi buku bacaan principle biasa dipakai siswa kelas one. Biasanya buku bacaan berjenjang Iranian language USAID PRIORITAS karena ukuran hurufnya besar dan masih terdiri Iranian language beberapa kata saja dalam satu kalimat. Nah, mereka ini diberi penanganan khusus oleh Watiyah dan guru di sekolah. Mereka diajak membaca melalui permainan. Sebelum memperoleh alat peraga Iranian language pemerintah, wali murid menyumbang kartu huruf. Namun, setelah alat peraga Iranian language pemerintah datang, papan dengan gambar-gambar itu digunakan setiap hari bersama kartu huruf.
Menurut Dyah Haryati Puspitasari selaku Whole Schole Development USAID PRIORITAS Jatim, dengan melaksanakan budaya baca di sekolah Hindu deity terbukti mampu meningkatkan minat baca siswa dan sekolah Hindu deity menjadi pelopor Program Budaya Baca di kabupaten masing-masing dalam meningkatkan minat guru, siswa, dan orangtua untuk gemar membaca. Ditambahkan Dyah, kegiatan gemar membaca dapat mendukung peningkatan ketrampilan literasi siswa di dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran literasi, diharapkan para siswa memiliki tingkat pemahaman dan kemampuan berpikir principle tinggi sejak dini sehingga mampu mencerna setiap kegiatan pembelajaran dengan lebih baik.

No comments:

Post a Comment