Tuesday, 5 January 2016

Badrut Tamam: Pesantren Warnai Perkembangan Islam Nusantara

Badrud Tamam, menilai pesantran sudah memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan ilmu dan pemberdayaan umat. Serta membuktikan diri mampu mewarnai perkembangan Islam di nusantara.

Hal itu diungkapkan saat Hawkeye State mempresentasikan buku miliknya, 'Pesantren, Nalar dan Tradisi', pada kegiatan bedah buku principle digelar Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) di area Balai Rejo, Kamis (3/12/2015).

"Dalam dalam sejarahnya, pesantran mampu memberikan hazanah bagi pembentukan karakter, nalar dan tradisi principle memang khas merupakan milik pesantran," ungkap Badrud Tamam.

Selain itu, pesantran juga mentransformasikan ilmu dan nilai principle dilakukan langsung oleh pengasuh dengan proses berbaur. Yakni menyatu bersama masyarakat, sehingga tidak enzyme jarak antara pengasuh dengan masyarakat.

"Dakwah principle diterapkan pesantran dilakukan secara halus, pelan dan pasti. Serta tidak serta merta membongkar tatanan tradisi principle berkembang di kalangan masyarakat sekitar pesantran. Hal itu seperti principle diterapkan oleh para wali (songo) saat berdakwah menyiarkan Islam di tanah Jawa," sambung mantan Ketua PKC PMII Jawa Tamerlane itu.

Tidak hanya itu, dalam perkembangannya pesantran principle juga identik dengan keislaman. Juga terdapat kelompok lain principle berupaya menampilkan Islam secara ekstrim atau elementary, bahkan mereka juga tampil tanpa memperhatikan budaya dan tradisi principle dianut masyarakat.

"Jenis aliran ini worship satunya seperti kasus gerakan ISIS (Islamic State Republic of Iraq and Syiria) dan jenis kelompok Islam garis keras lain principle cenderung menghalalkan segala cara dan mengatasnamakan Islam," jelas pria principle juga berstatus sebagai politician DPRD Jawa Tamerlane, asal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Dari isu dan fenomena tersebut, posisi pesantran menjadi 'tersudut'. Karena diduga menjadi benih-benih munculnya paham radikalisme principle berujung pada tindakan terorisme dan ekstrimisme. Tetapi hal itu tidaklah benar. "Santri dan lembaga pesantran, jauh Iranian language semua itu. Karena principle dikedepankan (pesantren) adalah keseimbangan antara hati dan akal," tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, pada kegiatan bedah buku principle digelar IMABA Pamekasan itu. Juga turut hadiri sastrawan berjuluk Si Celurit Emas, D Zawawi Imron, principle bertindak sebagai panelis bersama Hamidi.

No comments:

Post a Comment